Laman

Kamis, 23 Desember 2010

QS.68. AL QALAM (Pena)

surat ke 68 yg terdiri dari 52 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah diturunkan setelah surat Al - Alaq.


pokok2 isi dari surat Al-Qalam :
  • Nabi Muhammad s.a.w bukanlah orang yg gila melainkan manusia yang berbudi pekerti yang agung; 
  • larangan bertoleransi dibidang kepercayaan;
  • larangan mengikuti orang-2 yg mempunyai sifat-2 yg dicela Allah;
  • nasib yg dialami pemilik-2 kabun sebagai contoh orang2 yg tidak bersyukur terhadap nikmat Allah;
  • kecaman2 Allah kepada mereka yg ingkar dan azab yg akan menimpa mereka;
  •  Al-Qur'an adalah peringatan bagi seluruh dunia.


dimana :

BANTAHAN ALLAH TERHADAP TUDUHAN-TUDUHAN ORANG KAFIR KEPADA NABI MUHAMMAD S.A.W  ( dijelaskan pd ayat 1 ~ 16 )
  • Muhammad s.a.w adalah seorang yg berakhlak agung ( ayat 1 ~ 7 )
  • Larangan mentaati orang2 yg mendustakan kebenara ( ayat 8 ~ 16 )

ALLAH TELAH MENIMPAKAN COBAAN KEPADA ORANG2 KAFIR SEBAGAI YANG DITIMPAKAN KEPADA PEMILIK2 KEBUN ( dijelaskan pd ayat 17 ~ 33)

ALLAH SEKALI - KALI TIDAK MENYAMAKAN ORANG2 YG BAIK DENGAN ORANG2 YG BURUK ( dijelaskan pd ayat 34 ~ 52 )





  

Minggu, 19 Desember 2010

AT-taubah dan A-Nisa


Allah berfirman : " Mereka menukar ayat2 Allah dengan harga yang sedikit, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. sungguh amat buruk yg mereka kerjakan itu " (At-taubah:9)

jika seseorang mengamalkan tauhid secara dhahir (bentuknya saja, akan tetapi tidak memahami dan meyakininya dengan hatinya, maka dia itu munafik dan lebih jahat daripada orang kafir yang murni.

Allah berfirman : " sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongppun bagi mereka "  (An-Nisa': 145)




Jumat, 17 Desember 2010

Qantharah (Jembatan)


Nabi bersabda : “Orang-orang mukmin selamat dari neraka, namun mereka ditahan diatas "qantharah (jembatan)" antara surga dan neraka, maka diantara mereka dipotong kebaikannya dan diberikan kepada orang lain karena kezhaliman yg pernah dilakukannya ketika di dunia. Setelah dibersihkan dan disucikan dari itu semua, mereka diizinkan untuk masuk ke surga. Demi Allah yg jiwa Muhammad berada di Tangan-Nya, sungguh salah seorang dari mereka lebih mengetahui rumahnya di surga daripada rumahnya ketika masih di dunia.” ( HR. Al-Bukhari)




Rabu, 15 Desember 2010

DUA GOLONGAN YANG DISELAMATKAN DARI 'UJUB


Kedua golongan ini telah dijaga oleh Allah dari mengandalkan amal ibadah dan ketaatannya. Mereka tidak menjadikannya sebagai ukuran dan tameng yang melindungi dirinya dari siksa. Sebaliknya, mereka memandang bahwa amal ibadah mereka yang sedikit itu tidak berharga sama sekali untuk dijadikan sebagai sesuatu yang diandalkan dalam menggapai angan-angannya. 

طع السائرين له و الواصلين إليه عن رؤية أعمالهم وشهود أحوالهم. أما السائرون فلأنهم لم يتحققوا الصدق 


مع الله فيها. وأما الواصلون فلأنه غيّبهم بشهوده عنها.


"Allah mencegah orang yang menuju kepada-Nya dan orang yang telah wushul untuk memandang amalnya masing-masing dan memperhatikan haliyahnya. Hal ini dikarenakan, orang yang (berjalan) menuju kepada-Nya tidak merasa bersungguh-sungguh terhadap Allah dalam amal ibadahnya, dan orang yang telah wushul kepada Allah, diri mereka tenggelam dalam sikap musyahadah dengan Allah, (sehingga) melupakan amal ibadahnya sendiri."

Yang dimaksud dengan orang yang telah wushul kepada Allah adalah orang yang menempuh perjalanan panjang dan melelahkan dalam usaha membersihkan diri (tazkiyatun nufus), sehingga hilanglah kekebalannya dan lenyap segala macam hawa nafsu. Dan mata batin mereka menjadi terang, hanya melihat Dzat yang menciptakan dan yang menciptakan sebab. Merekalah yang disebut dengan al-washilin. Karena sebelumnya diri mereka tertutup oleh hijab yang berupa hawa nafsu dan kebodohan yang menghalangi mereka dari Allah, dan setelah hijab tersebut hilang dan bebas dari penjara nafsu, mereka bisa sampai kepada Allah tanpa ada halangan apapun.

Adapun orang yang berjalan menuju kepada-Nya, mereka adalah orang yang beriman dan ikhlas dalam beramal, melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya, dan berusaha sekuat tenaga untuk membersihkan jiwa dari kotoran-kotoran yang mengganggunya.

Kedua golongan ini telah dijaga oleh Allah dari mengandalkan amal ibadah dan ketaatannya. Mereka tidak menjadikannya sebagai ukuran dan tameng yang melindungi dirinya dari siksa. Sebaliknya, mereka memandang bahwa amal ibadah mereka yang sedikit itu tidak berharga sama sekali untuk dijadikan sebagai sesuatu yang diandalkan dalam menggapai angan-angannya.

GOLONGAN PERTAMA, yaitu orang-orang yang berjalan di jalan Allah, bisa mempunyai haliyah yang demikian, yakni tidak memandang amal ibadahnya dan mengandalkannya, dikarenakan mereka, pada saat perjalanannya dalam membersihkan jiwa, merasa belum maksimal dalam beribadah, serta yakin bahwa amal ibadah dan ketaatan mereka tidak akan selamat dari cipratan penyakit-penyakit hati. Serta merasa bahwa amal ibadah mereka tidak pantas untuk dipersembahkan kepada Allah dan mengharapkan pahala. Seandainya kita mau merenung sejenak, kita akan menemukan kenyataan bahwa amal dan taat yang kita kerjakan selalu dipenuhi dengan segala macam aib dan penyakit serta banyak sekali kekurangannya. Memang, sebagian di antara kita mungkin ada yang berkata, "Saya yakin, jika amal ibadah dan ketaatan saya itu tidak terkena penyakit-penyakit hati yang tercela. Setelah saya memperhatikan, saya berkesimpulan bahwa amal ibadah saya terbebas dari berbagai macam afat dan kecacatan, karena saya mengerjakannya sesuai dengan apa telah yang diperintahkan." Ketahuilah, bahwa ucapan seperti ini justru merupakan aib dan penyakit tersendiri. Penyakit ini dinamakan 'ujub (membanggakan diri sendiri), yang bisa melenyapkan pahala ibadah dengan cepat.

Di antara hikmah diciptakannya manusia dalam keadaan lemah, adalah supaya kelemahannya itu membungkam mulut orang yang memamerkan dan membanggakan bahwa dia telah menunaikan hak-hak Allah dengan sempurna tanpa cacat. Dengan kelemahan yang tidak bisa dilepaskan dari dirinya itu, dia tidak akan bisa untuk membanggakan dirinya lagi.

Adapun GOLONGAN KEDUA, yaitu golongan yang disebut oleh Imam Ibnu 'Athoillah dengan al-washil ilallah (yang telah sampai kepada Allah). Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa mereka tidak memperhatikan amalan-amalan yang telah mereka kerjakan, tidak membanggakan diri dengan ibadahnya, dikarenakan pikiran dan jiwa mereka telah tenggelam dalam kekhusyukan beribadah. Mereka tidak sempat memikirkan dan memperhatikan keadaan (haliyah) diri mereka. Perlu diketahui, bahwa tak seorang pun dari hamba-hamba Allah yang saleh yang mengetahui bahwa diri mereka itu termasuk golongan al-washil ilallah. Karena memang keadaan manusia itu, setiap bertambahnya kedekatan dan ma'rifat terhadap Allah, bertambah pula kecurigaannya terhadap diri dan nafsunya dan semakin terbukalah semua kekurangan dan kelalaiannya. Jika halnya demikian, bagaimana mungkin mereka para hamba Allah yang saleh dapat merasa bahwa dirinya termasuk golongan ini.

Walaupun mereka tidak mengetahui keadaan diri mereka sendiri, namun hal itu tidak menafikan bahwa mereka tidak bisa dikenali sama sekali. Ada ciri yang bisa digunakan mengetahui hal ini, yaitu seperti yang dikatakan Imam Ibnu 'Athoillah, mereka tenggelam dalam bermusyahadah dengan Allah yang tidak pernah putus. Sehingga hal ini menyebabkan mereka tidak sempat melihat dan menyaksikan amal ibadah dan kelebihan mereka, apalagi sampai membanggakan dirinya dengan hal-hal tersebut.

Orang-orang golongan ini selalu beramal sesuai dengan ketentuan syariat, memfokuskan segenap kemampuannya untuk membersihkan jiwa dari penyakit-penyakit yang tak terlihat, seperti hasud, sombong, cinta dunia, dan sebagainya. Mereka menyibukkan seluruh waktunya hanya untuk mengingat Allah. Jika keadaannya demikian, bagaimana mungkin mereka mengalihkan perhatiannya dari Allah dengan menghitung-hitung amal ibadah yang dikerjakan, sedangkan mereka menenggelamkan diri mereka dalam sikap musyahadah dengan Allah. Orang yang tidak termasuk dari dua golongan ini, yaitu mereka yang selalu menghitung-hitung amal yang mereka persembahkan kepada Allah, telah melakukan satu macam dari syirik khofi yang paling jelek.

Adapun yang dimaksud dengan ahwal dalam kalimat Ibnu Athoillah di atas adalah keadaan yang dialami oleh seorang salik, berupa kondisi dan perubahan yang menunjukkan akan bersih dan cemerlangnya keadaan diri salik. Seperti rasa khosyyah (takut), khusyu' dalam salat, berdoa dan munajat, bertambahnya rasa pasrah terhadap Allah, rasa tawakkal, rido dengan takdir, dan timbulnya keramat dan keanehan dalam dirinya. Sifat-sifat ini merupakan kondisi emosional yang dialami seorang salik, yang menunjukkan akan bagus dan terpujinya haliyahnya. Dia terkadang lama mengalami kondisi ini, kadang juga singkat. TAPI JIKA seseorang gembira dengan keadaannya itu dan mementingkannya, serta menganggapnya sebagai tanda bahwa dirinya telah mencapai derajat yang mulia, maka sesungguhnya hal tersebut merupakan kecelakaan dan menariknya dalam kubangan kejelekan.

Demikianlah penjelasan dari mutiara hikmah ini.....

semoga penjelasan ini bisa menjadi bahan renungan bagi kita semua...amin

Penulis: KH. Muhammad Wafi MZ. Lc, MSI

Senin, 13 Desember 2010

Bukan Pria Idaman






Manusia idaman sejati adalah makhluk langka. Begitu banyak ujian dan rintangan untuk menjadi seorang idaman sejati. dan sebaliknya, yang bukan idaman justru tersebar di mana-mana. Inilah yang akan kita bahas pada kesempatan kali ini. Siapakah pria yang tidak pantas menjadi idaman dan tambatan hati? Apa saja ciri-ciri mereka? semoga dengan seizin Allah- kami dapat mengungkapkannya pada tulisan yang singkat ini.


Ciri Pertama: AKIDAH yg AMBURADUL
Di antara ciri pria semacam ini adalah ia punya prinsip bahwa jika cinta ditolak dukun pun bertindak. Jika sukses dan lancar dalam bisnis, maka ia pun menggunakan jimat-jimat. Ingin membuka usaha pun ia memakai pelaris. Jika berencana menikah, harus menghitung hari baik terlebih dahulu. Yang jadi kegemarannya agar hidup lancar adalah mempercayai ramalan bintang agar semakin PD dalam melangkah. Inilah ciri pria yang tidak pantas dijadikan idaman. Akidah yang ia miliki sudah jelas adalah akidah yang rusak. Ibnul Qayyim mengatakan, “Barangsiapa yang hendak meninggikan bangunannya, maka hendaklah dia mengokohkan pondasinya dan memberikan perhatian penuh terhadapnya. Sesungguhnya kadar tinggi bangunan yang bisa dia bangun adalah sebanding dengan kekuatan pondasi yang dia buat. Amalan manusia adalah ibarat bangunan dan pondasinya adalah iman.” (Al Fawaid) ini berarti jika aqidah dan iman seseorang rusak - padahal itulah yg menjadi pokok atau pondasi-, maka bangunan di atasnya pun akan ikut rusak. Perhatikanlah hal ini!

Ciri Kedua: MENYIA – NYIAKAN SHALAT
Tidak shalat jama'ah di masjid juga menjadi ciri pria bukan idaman. Padahal shalat jama'ah bagi pria adalah suatu kewajiban sebagaimana disebutkan dalam al Qur'an dan berbagai hadits. Berikut di antaranya.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, seorang lelaki buta datang kepada Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dan berkata,

”Wahai Rasulullah, saya tidak memiliki penunjuk jalan yang dapat mendampingi saya untuk mendatangi masjid.” Maka ia meminta keringanan kepada Rasulullah untuk tidak shalat berjama'ah dan agar diperbolehkan shalat di rumahnya. Kemudian Rasulullah memberikan keringanan kepadanya. Namun ketika lelaki itu hendak beranjak, Rasulullah memanggilnya lagi dan bertanya, “Apakah kamu mendengar adzan?” Ia menjawab, ”Ya”. Rasulullah bersabda, ”Penuhilah seruan (adzan) itu.” (HR. Muslim). Orang buta ini tidak dibolehkan shalat di rumah apabila dia mendengar adzan. Hal ini menunjukkan bahwa memenuhi panggilan adzan adalah dengan menghadiri shalat jama’ah. Hal ini ditegaskan kembali dalam hadits Ibnu Ummi Maktum. Dia berkata,

“Wahai Rasulullah, di Madinah banyak sekali tanaman dan binatang buas. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah kamu mendengar seruan adzan hayya ‘alash sholah, hayya ‘alal falah? Jika iya, penuhilah seruan adzan tersebut”.” (HR. Abu Daud. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Lihatlah laki-laki tersebut memiliki beberapa udzur: [1] dia adalah seorang yang buta, [2] dia tidak punya teman sebagai penunjuk jalan untuk menemani, [3] banyak sekali tanaman, dan [4] banyak binatang buas. Namun karena dia mendengar adzan, dia tetap diwajibkan menghadiri shalat jama’ah. Walaupun punya berbagai macam udzur semacam ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap memerintahkan dia untuk memenuhi panggilan adzan yaitu melaksanakan shalat jama’ah di masjid. Bagaimana dengan orang yang dalam keadaan tidak ada udzur sama sekali, masih diberi kenikmatan penglihatan dan sebagainya?! Imam Asy Syafi'i sendiri mengatakan, “Adapun shalat jama’ah, aku tidaklah memberi keringanan bagi seorang pun untuk meninggalkannya kecuali bila ada udzur.” (Ash Sholah wa Hukmu Tarikiha, hal. 107) Jika pria yang menyia-nyiakan shalat berjama'ah di masjid saja bukan merupakan pria idaman, lantas bagaimana lagi dengan pria yang tidak menjalankan shalat berjama'ah sendirian maupun secara berjama'ah?! Seorang ulama besar, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, dalam kitabnya Ash Sholah wa Hukmu Tarikiha, hal. 7, mengatakan, ”Kaum muslimin tidaklah berselisih pendapat (sepakat) bahwa meninggalkan shalat wajib (shalat lima waktu) dengan sengaja adalah dosa besar yang paling besar dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang lain, zina, mencuri, dan minum minuman keras. Orang yang meninggalkannya akan mendapat hukuman dan kemurkaan Allah serta mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat.”

Ciri Ketiga: SERING MELOTOT SANA SINI
Inilah ciri berikutnya, yaitu pria yang sulit menundukkan pandangan ketika melihat wanita. Inilah ciri bukan pria idaman. Karena Allah Ta'ala berfirman,

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat".” (QS. An Nur: 30)

Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada para pria yang beriman untuk menundukkan pandangan dari hal-hal yang diharamkan yaitu wanita yang bukan mahrom. Namun jika ia tidak sengaja memandang wanita yang bukan mahrom, maka hendaklah ia segera memalingkan pandangannya. Dari Jarir bin Abdillah, beliau mengatakan,

“Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang pandangan yang cuma selintas (tidak sengaja). Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepadaku agar aku segera memalingkan pandanganku.” (HR. Muslim no. 5770) Boleh jadi laki-laki tersebut jika telah menjadi suami malah memandang lawan jenisnya sana-sini ketika istrinya tidak melihat. Kondisi seperti ini pun telah ditegur dalam firman Allah,

“Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.” (QS. Ghofir: 19) Ibnu 'Abbas ketika membicarakan ayat di atas, beliau mengatakan bahwa yang disebutkan dalam ayat tersebut adalah seorang yang bertamu ke suatu rumah. Di rumah tersebut ada wanita yang berparas cantik. Jika tuan rumah yang menyambutnya memalingkan pandangan, maka orang tersebut melirik wanita tadi. Jika tuan rumah tadi memperhatikannya, ia pun pura-pura menundukkan pandangan. Dan jika tuan rumah sekali lagi berpaling, ia pun melirik wanita tadi yang berada di dalam rumah. Jika tuan rumah sekali lagi memperhatikannya, maka ia pun pura-pura menundukkan pandangannya. Maka sungguh Allah telah mengetahui isi hati orang tersebut yang akan bertindak kurang ajar. Kisah ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam Tafsirnya (12/181-182). Ibnu 'Abbas mengatakan, “Allah itu mengetahui setiap mata yang memandang apakan ia ingin khianat ataukah tidak.” Demikian pula yang dikatakan oleh Mujahid dan Qotadah. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 12/182, Darul Qurthubah)


Ciri Keempat: SENANGNYA BERDUA - DUAAN
Inilah sikap pria yang tidak baik yang sering mengajak pasangannya yang belum halal baginya untuk berdua-duaan (baca: berkhalwat). Berdua-duaan (khokwat) di sini bisa pula bentuknya tanpa hadir dalam satu tempat, namun lewat pesan singkat (sms), lewat kata-kata mesra via FB dan lainnya. Seperti ini pun termasuk semi kholwat yang juga terlarang. Dari Ibnu Abbas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita kecuali jika bersama mahromnya.” (HR. Bukhari, no. 5233) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang tidak halal baginya karena sesungguhnya syaithan adalah orang ketiga di antara mereka berdua kecuali apabila bersama mahromnya.” (HR. Ahmad no. 15734. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan hadits ini shohih ligoirihi)

Ciri Kelima: TANGAN SUKA USIL
Ini juga bukan ciri pria idaman. Tangannya suka usil menyalami wanita yang tidak halal baginya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun ketika berbaiat dan kondisi lainnya tidak pernah menyentuh tangan wanita yang tidak halal baginya. Dari Abdulloh bin ‘Amr, ”Sesungguhnya Rasulullah tidak pernah berjabat tangan dengan wanita ketika berbaiat.” (HR. Ahmad dishohihkan oleh Syaikh Salim dalam Al Manahi As Syari’ah) Dari Umaimah bintu Ruqoiqoh dia berkata, ”Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya aku tidak pernah menjabat tangan para wanita, hanyalah perkataanku untuk seratus orang wanita seperti perkataanku untuk satu orang wanita.” (HR. Tirmidzi, Nasai, Malik dishohihkan oleh Syaikh Salim Al Hilaliy) Zina tangan adalah dengan menyentuh lawan jenis yang bukan mahrom sehingga ini menunjukkan haramnya. Dari Abu Hurairahradhiyallahu ‘anhu , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.” (HR. Muslim no. 6925)

Ciri Keenam: TANPA ARAH YG JELAS
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

“Seseorang dianggap telah berdosa jika ia menyia-nyiakan orang yang menjadi tanggungannya.” (HR. Muslim no. 996) Berarti kriteria pria idaman adalah ia bertanggungjawab terhadap istrinya dalam hal nafkah. Sehingga seorang pria harus memiliki jalan hidup yang jelas dan tidak boleh ia hidup tanpa arah yang sampai menyia-nyiakan tanggungannya. Sejak dini atau pun sejak muda, ia sudah memikirkan bagaimana kelak ia bisa menafkahi istri dan anak-anaknya. Di antara bentuk persiapannya adalah dengan belajar yang giat sehingga kelak bisa dapat kerja yang mapan atau bisa berwirausaha mandiri. Begitu pula hendaknya ia tidak melupakan istrinya untuk diajari agama. Karena untuk urusan dunia mesti kita urus, apalagi yang sangkut pautnya dengan agama yang merupakan kebutuhan ketika menjalani hidup di dunia dan akhirat. Sehingga sejak dini pun, seorang pria sudah mulai membekali dirinya dengan ilmu agama yang cukup untuk dapat mendidik istri dan keluarganya. Sehingga dari sini, seorang pria yang kurang memperhatikan agama dan urusan menafkahi istrinya patut dijauhi karena ia sebenarnya bukan pria idaman yang baik.

Mudah-mudahan tulisan ini bisa sebagai petunjuk bagi para wanita muslimah yang ingin memilih laki-laki yang pas untuk dirinya. Dan juga bisa menjadi koreksi untuk pria agar selalu introspeksi diri. Nasehat ini pun bisa bermanfaat bagi setiap orang yang sudah berkeluarga agar menjauhi sifat-sifat keliru di atas. Semoga Allah memudahkannya.

Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal 






Kiat Berpegang Teguh Dengan Agama Allah

Segala puji hanya bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya…Amma Ba’du:

Sesungguhnya kebutuhan seorang muslim terhadap kiat-kiat untuk berpegang teguh dan berkomitmen terhadap ajaran agama mereka sangatlah besar, hal ini disebabkan karena banyaknya fitnah dan sedikitnya manusia yang bisa membantu, dalam hal keterasingan agama. Dan di antara kiat berpegang teguh dengan agama adalah:


Pertama: Sadar untuk kembali kepada AL-QUR'AN yang agung baik dengan menghafal, membaca dan mengamalkan. Dia adalah tali Allah SWT yang kuat, jalan yang lurus, dan barangsiapa yang berpegang pada tali Allah SWT, maka Allah SWT akan menjaganya dan barangsiapa yang berpaling, maka dia akan tersesat dan menyimpang. Allah SWT memberitahukan bahwa tujuan utama diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur adalah untuk mengokohkan keberadaannya (di dalam hati). Allah SWT berfirman:

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا

Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar). (QS. Al-Furqon: 32)

Kedua: Iman kepada Allah SWT dan amal shaleh. Allah  SWT berfirman:

يُثَبِّتُ اللهُ الَّذِينَ آمَنُواْ بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللهُ مَا يَشَاء

Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim dan berbuat sesuka yang Dia kehendaki. (QS. Ibrahim: 27)
Qotadah berkata, “Di dalam kehidupan dunia maka dia akan diberikan ketetapan dengan berbuat kebaikan dan beramal shaleh dan di akherat adalah keteguhan di dalam kubur. Allah SWT berfirman:

وَلَوْ أَنَّا كَتَبْنَا عَلَيْهِمْ أَنِ اقْتُلُواْ أَنفُسَكُمْ أَوِ اخْرُجُواْ مِن دِيَارِكُم مَّا فَعَلُوهُ إِلاَّ قَلِيلٌ مِّنْهُمْ وَلَوْ أَنَّهُمْ فَعَلُواْ مَا يُوعَظُونَ بِهِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ وَأَشَدَّ تَثْبِيتًا

Dan sesungguhnya kalau Kami perintahkan kepada mereka: "Bunuhlah dirimu atau keluarlah kamu dari kampungmu", niscaya mereka tidak akan melakukannya, kecuali sebagian kecil dari mereka. Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka),(QS. Al-Nisa’: 66.)

Dan Nabi Muhammad SAW selalu beramal shaleh secara kontinyu dan amal yang paling beliau sukai adalah amal yang berkesinambungan walaupun sedikit, dan para shahabat beliau saat ingin melakukan suatu amal shaleh maka mereka menetapkannya.

Ketiga: Membaca kisah-kisah para nabi dan mempelajarinya agar bisa ditauladani dan diamalkan. Dalilnya adalah firman Allah SWT;

وَكُـلاًّ نَّقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنبَاء الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءكَ فِي هَـذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ

Dan semua kisah dari rasul-rasul telah Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran dan pengajaran serta peringatan bagi orang-orang yang beriman. (QS. Hud: 120)
Banyak ayat-ayat yang diturunkan untuk meneguhkan hati Nabi Muhammad SAW dan orang-orang yang beriman bersama beliau, seperti kisah Nabi Ibrahim, Musa dan seorang keluarga Fir’aun yang beriman dan kisah-kisah lainnya.

Keempat: Berdo’a. Sesungguhnya di antara sifat-sifat orang yang beriman adalah mereka menghadap Allah dengan berdo’a kepadaNya agar diteguhkan sebagaimana yang diajarkan oleh Allah SWT di dalam firmanNya:

رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ

(Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami…”. QS. Ali Imron: 8

Dan Nabi bersabda: “Sesungguhnya seluruh hati anak Adam berada di antara dua jari dari jemari Allah Yang Maha Rahman sama seperti satu hati dan dia berbuat padanya sekehendak -Nya”.[1]

Dari Aisyah RA bahwa Nabi Muhammad SAW banyak berdo’a dengan mengucapkan: Ya Allah yang Maha Membolak balikkan hati tetapkanlah hati-hati kami agar selalu  taat kepadaMu”.[2]

Kelima: Berdzikir kepada Allah SWT. Dzikir adalah sebab yang paling agung agar seseorang bisa teguh. Renungkanlah ayat di bawah ini:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُواْ وَاذْكُرُواْ اللهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلَحُونَ

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. (QS. Al-Anfal: 45)
Allah menjadikan zikir sebagai sebab utama dalam berpegang teguh saat berjihad.

Keenam: Berdakwah kepada Allah Azza Wa Jalla, dan ini adalah tugas para Rasul dan para pengikut mereka. Allah SWT berfirman:

قُلْ هَـذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَاْ وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللهِ وَمَا أَنَاْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (QS. Yusuf: 108)

Dan jika seorang hamba betul-betul berusaha memberikan petunjuk kebenaran kepada orang lain, maka Allah akan memberikan balsannya dari jenis amal yang sama, sehingga dia semakin bertambah dalam mendapatkan petunjuk dan keteguhan dalam kebenaran. Sebagaimana firman Allah SWT:

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا

Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; (QS. Al-Kahfi: 28)

Dan disebutkan di dalam cerita tentang seorang lelaki yang telah membunuh sembilan puluh sembilan nyawa manusia bahwa dia bertanya tentang taubat kepada seorang yang berilmu dan orang alim tersebut berkata; Apakah yang menghalangi dirimu dari taubat, pergilah ke daerah ini sebab disana terdapat masyarakat yang menyembah Allah SWT dan sembahlah Dia bersama mereka dan janganlah kembali mendatangi kampung halamanmu sebab dia adalah lingkungan yang buruk”.[3]

Ibnul Qoyyim rahimahullah bercerita tentang keteguhan syaekhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah saat beliau dipenjara: Dan apabila rasa khawatir kami memuncak dan prasangka buruk menguasai kami serta dunia telah menyempit maka kamipun berkunjung kepada beliau, maka tidaklah kita melihatnya dan mendengar ucapannya kecuali keburukan yang kami rasakan sebelumnya sirna seketika, bahkan dada kami berbalik merasakan kelapangan, kekuatan, keyakinan dan ketenangan. Maha suci Allah yang telah memperlihatkan surga -Nya sebelum bertemu dengan -Nya, dan membukakan baginya pintu-pintu surga pada waktu beramal, juga Dia telah memberikan kepada mereka keharuman, kesejukan, dan kebaikannya selama mereka memusatkan usaha mereka untuk menuntutnya dan berlomba-lomba mendapatkannya”.[4]

Kedelapan: Yakin dengan kedatangan pertolongan Allah SWT dan masa depan adalah milik Islam. Inilah cara Nabi  meneguhkan para shahabat di awal dakwah Islam pada saat mereka tersiksa dengan berbagai intimidasi. Dari Khabbab bin Arit bahwa dia mengadu kepada Nabi Muhammad SAW tentang siksa yang dihadapinya dan dia meminta dido’akan agar terhindar dari siksa, maka Beliau bersabda, “Demi Allah, sungguh Allah akan menyempurnkan agama ini sehingga seorang pengendara akan berjalan sendiri dari Shan’a ke Hadramaut sementara mereka tidak sedikitpun takut kecuali kepada Allah SWT dan seorang penggembala tidak takut terhadap domba-dombanya namun kalian terlalu tergesa-gesa”.[5]

Kesembilan: Sabar. Ini termasuk sebab yang paling besar agar seseorang bisa berpegang teguh pada agama. Allah SWT:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al-Baqarah: 153)

Dari Abi Sa’id Al-Khudri RA bahwa Nabi bersabda, “Barangsiapa bersabar maka Allah akan memberikan kesabaran baginya dan tidaklah seseorang diberikan sesuatu yang lebih baik dan lebih luas dari sabar”.[6]

Dari Abi Tsa’alabah Al-Khusyani RA bahwa pada saat Nabi menyinggung tentang amar ma’ruf anhi mungkar beliau bersabda, “Sesungguhnya di belakang kalian akan tiba masa-masa bersabar, di mana bersabar pada masa itu sama seperti menggenggam bara api, orang yang berbuat kebaikan pada masa itu dari kalangan mereka akan mendapat pahala yang menyamai pahala limapuluh orang pada jenis kebaikan yang sama”. Tsa’labah bertanya: Wahai Rasulullah apakah akan menyamai lima puluh pahala kebaikan dari golongan mereka?. Rasulullah SAW menjawab: Menyamai Pahala lima puluh orang di antara kalian”.[7]

Kesepuluh: Merenungkan kenikmatan surga dan pedihnya siksa neraka, serta mengingat kematian. Maka pada saat seorang yang beriman merenungkan firman Allah SWT:

وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,..”. (QS. Ali Imron: 133)

Allah SWT berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَما الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (QS. Ali Imron: 185)

Dengan merenungakan ayat ini maka segala kesulitan akan menjadi ringan dan hidup zuhud di dunia, jiwanya akan rindu kepada akherat dan derajat yang tinggi.
Dan Nabi Muhammad SAW mengingatkan para shahabatnya dengan kenikmtan surga agar mereka tatap berpegang teguh pada agama Allah dan bersabar atasnya. Beliau melewati Yasir dan Amar beserta ibunya pada saat mereka tersiksa di jalan Allah SWT guna memperthankan keimanannya, maka Rasulullah SAW bersabda; Berasabarlah wahai keluarga Yasir sebab janji kalian adalah surga”. ([8])[9]

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.

[1] Shahih Muslim: 4/2045 no: 2654 [2] Musnad Imam Ahmad: 6/251
[3] Shahih Bukhari: 2/497 no: 3470 dan shahih Muslim: 4/2118 no: 2766
[4] Al-Wabilus Shayyib minal kalimit Tahyyib, halaman; 82
[5] Shahih Bukhari: 4/285 no: 6943
[6] Shahih Bukhari: 4/186 no:  no: 6470 dan shahih Muslim: 2/729 no: 1053
[7] Sunan AbuDawud: 4/123 no: 4341
[8] Mustadrakul Hakim:  3/432 dishahihkan oleh Albani di dalam fiqhus siroh, halaman: 103
[9] Lihat risalah syekh Muhammad Al-Munjjid, Asbabus sabat alad dini”.
Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi

Jumat, 03 Desember 2010

PERBEDAAN......


perbedaan pasti kan selalu ada

kekurangan dan kelebihan....adalah sejatinya sebuah pasangan

dua dalam satu hingga penghujung waktu....



mencintai kekurangan....bukan fokus pd kekurangan
 
hakikat cinta kekurangan lebih kepada melihat kelebihan

hingga rasa syukur kan senantiasa hadir dalam kehidupan....


             

Kamis, 02 Desember 2010


blank spot area....i don't know why....God...

seperti teka teki...yg harus dicari jawabannya...

berikanlah hamba petunjuk Mu..ya Rabbi 



Rabu, 01 Desember 2010

UNTITLE


makna hati nurani seperti serpihan kecil yg tak terlihat

makna hati nurani tak seindah kenyataan yg dijalani

makna hati nurani tak jarang salah arti

makna hati nurani sering tak berarti



wahai makna hati nurani yg tersisih....

janganlah kau bersedih

percayalah.....Allah kan selalu bersamamu

jangan hentikan langkahmu.....

karena Allah kan menepati janji-Nya untukmu
 


Jumat, 26 November 2010

Malam pertama di alam kubur part 3






bilakah malam pertama itu kan datang?
dimana kita dan 2 utusan sang Khaliq kan saling bertemu
mampukah kita menjawab, sanggupkah kita menahan sakitnya..??



Hidup adalah pilihan



hidup adalah pilihan....
masihkah kita menyia-nyiakan sisa hidup ini.....



Kamis, 25 November 2010

Makna Hati Nurani

hati nurani sangat erat sekali kaitannya dengan ketulusan, dimana ketulusan merupakan bagian dari ilmu ikhlas....


makna hati nurani dalam kehidupan : 

·         membiasakan menggunakan hati nurani = memupuk akhlak baik dan tidak gemar berhitung baik terhadap manusia terlebih terhadap Allah.... 

·         tdk biasa menggunakan hati nurani = memupuk penyakit hati yg akan mengotori prilaku kita dlm keadaan sadar maupun tidak yg akhirnya berujung dg menyakiti hati org lain.... 

karena ujung dari kehidupan ini adalah menuju......



maka.........
mendekat & memintalah hanya kepada-Nya
 agar kita senantiasa diberikan petunjuk 
agar bisa meraih bekal hidup 
utk bisa kita bawa pulang 
menuju...... 
kehidupan yang sesungguhnya









Senin, 15 November 2010

Opick - Bila Waktu Telah Berakhir

ba

Tanda-Tanda Hari Kiamat

Kitab Cobaan Dan Tanda-Tanda Hari Kiamat
-  Jika dua orang muslim bertarung, masing-masing menghunus pedang
  • Hadis riwayat Abu Bakrah ra., ia berkata:
    Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Apabila dua orang muslim saling bertarung dengan menghunus pedang mereka, maka pembunuh dan yang terbunuh, keduanya akan masuk neraka. Aku (Abu Bakrah) bertanya atau beliau ditanya: Wahai Rasulullah, kalau yang membunuh itu sudah jelas berdosa, tetapi bagaimana dengan yang terbunuh? Beliau menjawab: Karena sesungguhnya ia juga ingin membunuh saudaranya. (Shahih Muslim No.5139)

  • Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
    Rasulullah saw. bersabda: Hari kiamat tidak akan terjadi kecuali setelah dua golongan besar saling berperang sehingga pecahlah peperangan hebat antara keduanya padahal dakwah mereka adalah satu. (Shahih Muslim No.5142)

  • Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
    Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Tidak akan terjadi hari kiamat kecuali setelah banyak peristiwa haraj. Mereka bertanya: Wahai Rasulullah, apakah haraj itu? Beliau menjawab: Pembunuhan, pembunuhan. (Shahih Muslim No.5143)

-   Pemberitahuan Nabi saw. tentang apa yang akan terjadi hingga hari kiamat
  • Hadis riwayat Hudzaifah bin Yaman ra.:
    Hudzaifah bin Yaman berkata: Demi Allah, aku adalah orang yang paling mengetahui setiap fitnah yang akan terjadi dari sejak zamanku sekarang sampai hari kiamat, karena Rasulullah saw. pernah membisikkan kepadaku sesuatu tentang hal itu yang tidak pernah dibicarakan kepada orang selainku. Tetapi Rasulullah saw. pernah bersabda ketika beliau bicara dalam suatu majelis yang aku hadiri tentang fitnah. Kemudian Rasulullah saw. bersabda sambil menyebutkan satu-persatu fitnah-fitnah itu di antaranya adalah tiga fitnah yang hampir tidak meninggalkan sesuatu apa pun, di antaranya juga ada fitnah yang seperti hembusan angin musim panas, ada yang kecil dan ada yang besar. (Shahih Muslim No.5146)

-  Hari kiamat tidak akan terjadi sebelum sungai Euphrat menyingkap gunung emas
  • Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
    Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Hari kiamat tidak akan terjadi sebelum sungai Euphrat menyingkap gunung emas, sehingga manusia saling membunuh (berperang) untuk mendapatkannya. Lalu terbunuhlah dari setiap seratus orang sebanyak sembilan puluh sembilan dan setiap orang dari mereka berkata: Semoga akulah orang yang selamat. (Shahih Muslim No.5152)

-  Kiamat tidak akan terjadi sebelum api muncul dari tanah Hijaz
  • Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
    Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Kiamat tidak akan terjadi sebelum api muncul dari tanah Hijaz yang dapat menerangi leher-leher unta di Basrah. (Shahih Muslim No.5164)

-  Fitnah itu akan terjadi di tempat terbitnya matahari,tempat dua tanduk setan muncul
  • Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
    Bahwa ia mendengar Rasulullah saw. bersabda sambil menghadap ke arah timur: Ketahuilah, sesungguhnya fitnah akan terjadi di sana! Ketahuilah, sesungguhnya fitnah akan terjadi di sana. Yaitu tempat muncul tanduk setan. (Shahih Muslim No.5167)

-  Kiamat tidak akan terjadi sebelum suku Daus menyembah Dzul Khalashah
  • Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
    Rasulullah saw. bersabda: Kiamat tidak akan terjadi sebelum pinggul-pinggul kaum wanita suku Daus bergoyang di sekeliling Dzul Khalashah, yaitu sebuah berhala yang disembah suku Daus di Tabalah pada zaman jahiliah. (Tabalah adalah nama daerah di Yaman). (Shahih Muslim No.5173)

-  Kiamat tidak akan terjadi sebelum seseorang melewati kuburan orang lain, lalu ia    
   berharap dapat menggantikan tempat si mayit karena beratnya cobaan dunia
  • Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
    Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Kiamat tidak akan terjadi sebelum seseorang melewati kuburan orang lain lalu berkata: Alangkah senangnya bila aku menempati tempatnya!. (Shahih Muslim No.5175)

  • Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
    Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Kiamat tidak akan terjadi sebelum seorang lelaki muncul dari Qahthan menggiring manusia dengan tongkatnya. (Shahih Muslim No.5182)

  • Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
    Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Kiamat tidak akan terjadi sebelum kalian memerangi suatu kaum yang wajahnya seperti perisai dan kiamat tidak akan tiba sebelum kalian memerangi suatu kaum yang sandalnya terbuat dari bulu. (Shahih Muslim No.5184)

  • Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
    Dari Nabi saw. bersabda: Kamu sekalian pasti akan memerangi orang-orang Yahudi, lalu kamu akan membunuh mereka, sehingga batu berkata: Hai muslim, ini orang Yahudi, kemari dan bunuhlah dia!. (Shahih Muslim No.5200)

  • Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
    Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Kiamat tidak akan terjadi sebelum kaum muslimin memerangi orang-orang Yahudi, lalu kaum muslimin dapat mengalahkan (membunuh) mereka, sampai-sampai seorang Yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon lalu batu dan pohon itu berseru: Hai orang muslim, hai hamba Allah, ini seorang Yahudi di belakangku, kemari dan bunuhlah dia! Kecuali pohon gharqad (sejenis pohon cemara atau pohon berduri), karena pohon itu adalah pohon orang Yahudi. (Shahih Muslim No.5203)

  • Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
    Dari Nabi saw., beliau bersabda: Kiamat tidak akan terjadi sebelum dibangkitkan dajjal-dajjal pendusta yang berjumlah sekitar tiga puluh, semuanya mengaku bahwa ia adalah utusan Allah. (Shahih Muslim No.5205)


Jumat, 12 November 2010

Mengingat Kematian & MENYIAPKAN DIRI UNTUK MENGHADAPINYA

Sudah menjadi sunnatullah bahwa setiap makhluk yang bernyawa pasti akan mati, hanya tidak ada di antara kita yang mengetahui kapan kematian itu akan datang

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ "Setiap jiwa pasti akan merasakan mati…"

Karena kematian itu pasti akan tiba, maka Rasulullah SAW memerintahkan kepada kita semua agar selalu mengingatnya dan menyiapkan diri dengan bekal setelah kematian itu. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:
أَكْثِرُوْا ذِكْرَ هادم اللَّذَّاتِ
"Perbanyaklah mengingat yang memutuskan kenikmatan (maksudnya: kematian)."
Dalam hadits ini Rasulullah SAW menganjurkan kepada kita semua agar selalu mengingat yang memutuskan atau mengalahkan atau menghancurkan kenikmatan, yaitu kematian yang suatu saat pasti akan tiba, bahkan seringkali datang tanpa terduga dan secara tiba-tiba. Ibnu Umar RA berkata: "Aku sedang duduk bersama Rasulullah, maka datanglah seorang laki-laki dari golongan Anshar, lalu ia memberi salam kepada Nabi  seraya berkata, 'Wahai Rasulullah, mukmin yang seperti apa yang paling utama? Beliau menjawab:


أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا



'Yang paling baik akhlaknya.'
Ia bertanya lagi, 'Mukmin seperti apakah yang paling cerdas? Beliau menjawab:



أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا, أُولئِكَ اْلأَكْيَاسُ


"Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik mempersiapkan diri untuk sesudah kematian itu, mereka itulah orang-orang yang cerdas."
Inilah standar kecerdasan yang sebenarnya, yaitu tidak pernah melupakan sesuatu yang pasti akan tiba dan menyiapkan diri dengan sebenarnya untuk hal itu. Tanpa adanya persiapan diri untuk kematian itu, tentu hanya sekedar mengingat tidak banyak berguna dan tidak bermanfaat. Oleh karena itu, cobalah kita bercermin untuk melihat diri kita sendiri, sebelum orang lain, apakah kita sudah memulai untuk melaksanakan perintah Rasulullah SAW ini? Kalau kita sudah memulainya, kalau sudah, lalu bagaimana dengan orang-orang terdekat kita?
Para ulama rahimahullah berkata:  sabda Rasulullah SAW yang berbunyi "Perbanyaklah mengingat yang memutuskan kenikmatan (maksudnya: kematian)." Merupakan kalimat ringkas yang menggabungkan peringatan dan nasehat, maka orang yang teringat kematian dengan sebenarnya pasti akan mengurangi nikmatnya keindahan dunia yang dia rasakan dan menghalanginya berangan-angan yang tak berujung, serta membuat dia bersikap zuhud terhadap kenikmatan dunia yang semu. Akan tetapi jiwa yang kosong dan hati yang lupa membutuhkan nasehat yang panjang dan kalimat yang indah. Jika tidak demikian, maka dalam sabda Nabi  "Perbanyaklah mengingat yang memutuskan kenikmatan (maksudnya: kematian)" dan firman Allah SWT:


كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ



"Setiap jiwa pasti akan merasakan mati…"
Sudah cukup sebagai nasehat yang utama.
Khalifah Umar bin Khaththab RA sering membuat perumpamaan  dengan bait-bait sya'ir berikut ini:
Tidak ada sesuatu yang engkau lihat tetap keceriaannya
Tuhan tetap kekal sedangkan harta dan anak akan binasa
Perbendaharaan harta yang dimiliki Hurmuz, tidak bisa memberi manfaat kepadanya walau hanya satu hari.
Dan keabadian yang diusahakan oleh kaum 'Aad, maka mereka tetap tidak bisa kekal.
Tidak pula Nabi Sulaiman AS saat angin bertiup untuknya
Sedang jin dan manusia datang di antaranya
Di manakah para raja yang karena kebesarannya
Setiap utusan datang kepadanya dari setiap penjuru?
Telaga yang ada di sana pasti akan didatangi, bukan dusta
Suatu hari pasti mendatanginya, sebagaimana diriwayatkan
Apabila sudah jelas keterangan di atas, ketahuilah bahwa mengingat mati mewariskan rasa gelisah terhadap dunia yang fana ini dan setiap saat memusatkan fikiran ke negeri akhirat yang kekal abadi. Kemudian, setiap manusia  tidak terlepas dari dua sisi kehidupan: kesempitan hidup dan keluasan, nikmat dan cobaan. Maka jika ia berada dalam kesempitan dan cobaan, mengingat kematian memudahkan dia menghadapi semua itu. Sesungguhnya ia tidak kekal dan kematian lebih susah dari hal itu, atau di saat kenikmatan dan keluasan, maka mengingat mati menghalangi dia dari terperdaya dengannya dan cenderung kepadanya, karena ingat mati memutuskannya dari semua kenikmatan itu. Alangkah indahkan orang yang berkata:
Ingatlah kematian yang meruntuhkan kenikmatan
Dan persiapkan untuk kematian yang pasti akan tiba



Yang lain berkata:
Dan ingatlah kematian niscaya engkau mendapatkan ketenangan
Dalam mengingat kematian memutuskan angan-angan.
Semua umat sepakat (konsensus) bahwa kematian tidak mempunyai batasan umur yang diketahui dan tidak pula zaman yang diketahui, agar seseorang menyiapkan diri menghadapi hal itu. Sebagian orang shalih berseru di malam hari di pinggiran kota Madinah: Berangkat, berangkat. Maka tatkala ia wafat, amir (gubernur) kota Madinah bertanya tentang dia, maka dikabarkan bahwa ia telah meninggal dunia, maka amir itu berkata berkata:
Senantiasa ia melantunkan keberangkatan dan mengingatkannya Sehingga unta berhenti di depan pintunya
`Maka ia terjaga, bersungguh-sungguh. Bersiap-siap, tidak terlalaikan oleh angan-angan.
Yazid ar-Raqqasy rahimahullah berkata kepada dirinya sendiri: 'Celakalah engkau wahai Yazid, siapakah yang menshalatkan engkau setelah meninggal dunia? Siapakah yang menggantikan puasa engkau setelah mati? Siapakah yang memohon keridhaan Rabb untukmu setelah engkau wafat? Kemudian ia berkata, 'Wahai manusia, apakah engkau tidak menangisi dan meratapi dirimu sendiri di hari-harimu yang masih tersisa? Siapa yang kematian mencarinya, kubur sebagai rumahnya, tanah sebagai kasurnya, ulat sebagai temannya, di samping itu ia sedang menunggu kejutan terbesar, bagaimanakah keadaannya?' Kemudian ia menangis sehingga jatuh pingsan.
At-Taimi rahimahullah berkata, 'Dua perkara yang memutuskan kenikmatan dunia dariku: Mengingat mati dan mengingat posisi saat berada di hadapan Allah SWT.' Khalifah Umar bin Abdul Aziz rahimahullah mengumpulkan para ulama, maka mereka saling mengingatkan mati, hari kiamat dan akhirat, lalu mereka menangis sehingga seolah-olah di hadapan mereka ada jenazah.
Abu Nu'aim rahimahullah berkata: Apabila Sufyan ats-Tsauri rahimahullah diingatkan mati, tidak bisa diambil manfaat dengannya selama beberapa hari (maksudnya: ia tidak bisa mengajar).  Jika ia ditanya tentang suatu masalah, ia berkata: Aku tidak tahu, aku tidak tahu.'  Asbath rahimahullah berkata: Seorang laki-laki dipuji-puji di hadapan Nabi , maka Rasulullah SAW bertanya: "Bagaimana ingatnya terhadap mati?' Maka hal itu tidak disebutkan darinya. Maka beliau bersabda: 'Dia tidak seperti yang kamu katakan."
Ad-Daqqaq rahimahullah berkata:  Barangsiapa yang benyak mengingat mati, ia diberi kemuliaan dengan tiga perkara:  Segera bertaubat, hati bersifat qana'ah, dan rajin dalam beribadah.   Dan barangsiapa yang lupa terhadap mati, ia disiksa dengan tiga perkara:  menunda-nunda taubat, tidak ridha dengan menahan diri dari meminta, dan malas dalam ibadah.  Maka pikirkanlah -wahai yang terperdaya- tentang mati dan saat sakaratul maut, berat dan pahitnya. Wahai kematian, sebuah janji yang pasti benar dan hakim yang sangat adil. Cukuplah kematian yang melukai hati, membuat mata menangis, memisahkan kelompok, menghancurkan kenikmatan, dan memutuskan angan-angan. Apakah engkau sudah memikirkan wahai keturunan Adam di hari kematianmu, berpindahmu dari tempatmu. Dan apabila engkau telah dipindah dari tempat yang luas ke tempat yang sempit, sahabat dan rekanmu mengkhianatimu, saudara dan temanmu meninggalkanmu, dan mereka menutupimu dengan tanah setelah sebelumnya engkau diselimuti kain yang lembut. Wahai yang mengumpulkan harta dan bersungguh-sungguh dalam bangunan, tidak ada sesuatu pun untukmu selain kain kafan. Bahkan demi Allah hanya untuk kehancuran dan sirna, dan tubuhmu untuk tanah dan tempat kembali. Maka di manakah harta yang engkau kumpulkan? Apakah bisa menyelamatkan engkau dari huru hara? Sama sekali tidak, bahwa engkau meninggalkannya kepada orang yang tidak memujimu, engkau memberikan dengan dosa-dosamu kepada orang yang tidak memaafkanmu.


Alangkah indahnya orang yang berkata dalam firman Allah SAW:


وَابْتَغِ فِيمَآءَاتَاكَ اللهُ الدَّارَ الآخرة

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, (QS. al-Qashash:77)

 Maksudnya Wallahu A'lam-: carilah di dalam dunia yang diberikan Allah SWT kepadamu untuk negeri akhirat, yaitu surga. Maka sesungguhnya hak seorang mukmin bahwa ia memalingkan dunia untuk yang berguna di akhirat, bukan pada tanah, air, tindakan sombong dan zalim. Seolah-olah mereka berkata: Jangan lupa bahwa engkau akan meninggalkan semua hartamu kecuali untuk kafan yang menjadi jatahmu. Dan seperti inilah ungkapan seorang penyair:
Jatahmu dari semua yang engkau kumpulkan
Dua selendang yang dilipat dan pengawet
Dan yang lain berkata:
Ia adalah sifat qana'ah yang engkau tidak perlu mencari gantinya
Mengandung kenikmatan dan ketenangan badan
Perhatikanlah kepada orang yang memiliki semua dunia
Apakah ia merasakan ketenangan darinya selain dengan kapas dan kafan?
Syaddad bin Aus RA berkata, 'Rasulullah SAW bersabda:



اَلكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نْفْسهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللهِ
"Orang yang cerdas adalah yang menghitung dirinya dan beramal untuk masa setelah mati, dan orang yang lemah adalah yang jiwanya mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah SWT."
Abu Ubaid rahimahullah berkata, 'Maksudnya: menghinakannya dan memperbudaknya, maka ia menghinakan dirinya dalam beribadah kepada Allah SWT, sebagai amal ibadah yang dipersiapkannya setelah mati dan untuk bertemu Allah SWT. Dia juga menghisab dirinya terhadap amal perbuatannya di masa lalu, menggantikannya dengan amal shalihnya sebagai penebus kesalahannya yang telah berlalu. Dia berzikir kepada Allah SWT dan taat kepada-Nya di segala tingkah lakunya. Inilah bekal sebenarnya untuk hari kembali. Dan orang yang lemah adalah orang kekurangan dalam semua perkara. Di samping kekurangannya dalam ibadah kepada Rabb-nya dan mengikuti hawa nafsunya, dia masih berangan-angan kepada Allah SWT agar mengampuninya. Inilah orang yang terperdaya. Sesungguhnya Allah SWT menyuruh dan melarangnya.
Al-Hasan al-Bashari berkata: Sesungguhnya suatu kaum dilalaikan oleh angan-angan, sehingga ia keluar dari dunia tanpa mempunyai amal kebaikan. Salah seorang dari mereka berkata: Sesungguhnya aku berbaik sangka kepada Rabb-ku. Dia bohong, jika ia benar-benar berbaik sangka (husnuzh-zhann) tentu ia memperbaiki amal perbuatan, dan ia membaca firman Allah SWT:


وَذَلِكُمْ ظَنُّكُمُ الَّذِي ظَنَنتُم بِرَبِّكُمْ أَرْدَاكُمْ فَأَصْبَحْتُم مِّنَ الْخَاسِرِينَ

Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap Rabbmu, prasangka itu telah membinasakan kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (QS. Fuhshilat:23)
Sa'id bin Jubair rahimahullah berkata: Terperdaya dengan Allah SWT bahwa seseorang terus menerus melakukan maksiat dan berangan-angan mendapat ampunan Allah SWT.
Baqiyyah bin al-Walid rahimahullah berkata: Abu 'Umair rahimahullah menulis kepada sebagian saudara-saudaranya: 'Amma ba'du, sesungguhnya engkau menjadi berharap banyak kepada dunia dengan panjangnya usiamu dan berangan-angan kepada Allah SWT dengan buruknya perbuatanmu. Sesungguhnya engkau hanyalah memukul besi yang dingin. Wassalam.'
Wallahu A'lam.
Dikutip dari kitab:

المرجع: التذكرة في أحوال الموتى وأمور الآخرة للإمام القرطبي ، دار الحديث - القاهرة تحقيق عصام الدين الصبابطي، ط 1 -1424هـ

at-Tadzkiran fi ahwalil mauta wa umuril akhirah (Peringatan tentang kondisi orang-orang yang mati dan keadaan akhirat), bab: Dzikrul maut wal isti'dad lahu (mengingat mati dan menyiapkan diri untuknya).
oleh: Imam al-Qurthubi