Laman

Senin, 25 Oktober 2010

Makna Kalimat Tauhid


Para ulama telah menyebutkan bahwa makna لا إله إلا الله ini mengandung beberapa syarat yang jika tidak terpenuhi maka dia tidak akan sempurna.
Dan syarat kalimat لا إله إلا الله adalah delapan, yaitu:

Pertama: Memahami maknanya, maksudnya dan apa-apa yang dilarangnya serta apa-apa yang menjadi tuntutannya.
قال تعالى: ] فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ [
Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Hak melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu. (QS. Muhammad: 19).
Pada riwayat Muslim di dalam kitab shahihnya dari Utsman radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam bersabda: Barangsiapa yang mati dan dia mengetahui bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebanarnya kecuali Allah maka dia pasti masuk surga”.[1]
Dan banyak manusia yang mengucapkannya dengan lisannya semata namun dia tidak mengetaui apaun dari artinya, oleh karena itulah mereka terjebak di dalam kesyirikan.


Kedua: Keyakinan yang menghilangkan keraguan, yaitu orang yang mengucapkannya harus meyakini apa-apa yang ditunjukkan oleh makna kalimat ini. Dan jika di dalam hatinya terdapat keraguan terhadap apa yang ditunjukkan oleh makna kalimat ini maka ucapannya tersebut tidak memberikan manfaat apapun baginya.
قال تعالى: ] إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا  [
Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu. (QS. Al-Hujurat:  15).
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam bersabda: Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah, dan sesungguhnya aku adalah utusan Allah, maka tidaklah seorang hamba yang bertemu Allah dengan meyakini kalimat tersebut dan dirinya tidak ragu dengannya kecuali dia akan masuk surga”.[2]

Ketiga: IKhlas yang menghapuskan kesyirikan. Seseorang tidak mengucpakannya karena riya’ atau sum’ah.
قال تعالى:  ] وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ  [
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada -Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus. (QS. Al-An’am: 5).
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam kitab shihihnya dari Abi Hurairah radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam bersabda: orang yang paling bahagia dengan syaf’atku pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan لا إله إلا الله dengan ikhlas dari dirinya”.[3]

Keempat: Kebenaran yang menghapuskan kebohongan. Dia mengucapkan kalimat لا إله إلا الله dengan benar bersumber dari hatinya.
قال تعالى: ] الم. أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ [
Alif laam miim (2) Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?. (3)Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. )QS. Al-Ankabut: 1-3).
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahihnya dari Mu’adz bin Jabal radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam bersabda: Tidak ada seorangpun yang bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah dengan ucapan yang benar-benar dari hatinya kecuali Allah mengharamkan dirinya dari api neraka”.[4]
Di dalam hadits ini disyaratkan pengucapan kalimat ini dengan sebenar-benarnya.

Kelima: Cinta yang menghapuskan kebencian. Dia mencintai kalimat ini dan apa yang ditunjukkan oleh kalimat ini serta orang-orang yang berbuat dengan tuntutan kalimat ini.
قال تعالى: ] وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَشَدُّ حُبًّا لِّلهِ [
Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. (QS. Al-Baqarah: 165).

Keenam: Tunduk terhadap apa yang ditunjukkan oleh kalimat ini, yaitu tunduk yang menghapuskan sikap meninggalkan tuntutan kalimat ini. Maka wajib bagi orang yang beriman untuk tunduk terhadap makna yang dikandung oleh kalimat لا إله إلا الله baik secara lahiriyah atau bathiniyah.
قال تعالى: ] وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِّمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لله وَهُوَ مُحْسِنٌ [
Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan, (QS. Al-Nisa’: 125)
Kepasrahan adalah bentuk ketundukan kepada perintah Allah Subahanahu Wa Ta’ala.

Ketujuh: Penerimaan yang menghapuskan penolakan. Maka wajib menerima apa yang menjadi tuntutan kalimat ini baik berupa ibadah kepada Allah Subahanahu Wa Ta’alaSubahanahu Wa Ta’ala, maka barangsiapa yang mengucapkannya namun dia tidak menerima apa yang menjadi tuntutan kalimat ini maka dia termasuk orang yang dikatakan oleh Allah Subahanahu Wa Ta’ala di dalam firman -Nya: semata tanpa mempersekutukan -Nya dengan sesuatu apapun dan meninggalkan peribadatan kepada selain Allah
قال الله تعالى: ] إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ يَسْتَكْبِرُونَ [
Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: Laa ilaaha illallah" (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri. (QS. Al-Shoffat: 35)

Kedelapan: Mengningkari setiap sesembahan selain Allah Subahanahu Wa Ta’ala seperti penyembahan terhadap tahagut dan menetapkan ibadah hanya kepada Allah Subahanahu Wa Ta’ala semata.
قال الله تعالى: ] فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِن بِاللهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىَ [
sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu, barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat. (QS. Al-Baqarah: 256).
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari  Abi Malik dari bapaknya bahwa Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam bersabda: Barangsiapa yang mengucapkan لا إله إلا الله dan meningkari penyembahan selain Allah maka harta dan darahnya menjadi haram dan perhitungan dirinya diserahkan kepada Allah”.[5]

Di antara keutamaan kalimat yang agung ini adalah:

Pertama: Akan dibukakan bagi orang yang mengucapkannya, delapan pintu surga. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahihnya dari Ubadah bin Shamit radhillahu anhu bahwa Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam bersabda: Barangsiapa yang mengucapkan tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah Subahanahu Wa Ta’ala semata, tiada sekutu bagi -Nya dan Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya, dan Isa adalah hamba Allah Subahanahu Wa Ta’ala dan anak dari hamba Allah Subahanahu Wa Ta’ala dan kalimat -Nya yang dihunjumkan kepada Maryam dan ruh dari -Nya, dan surga itu benar adanya, neraka itu benar adanya maka Allah Subahanahu Wa Ta’ala akan memasukkannya ke dalam surga dari pintu manapun dari delapan pintu surga yang disukainya”.[6]

Kedua: Orang yang mengakui kebenaran kalimat ini sekalipun dia seorang pelaku maksiat dan dimasukkan ke dalam neraka akibat kemaksiatannya namun mereka tetap akan dikeluarkan dari api neraka. Di dalam kitab as-shahihaini dari Anas radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam bersabda: Allah subahanhu wa ta’ala berfirman: Demi Keperkasaan -Ku, demi kemuliaan -Ku, demi kebesaran -Ku, demi keagungan -Ku, Aku akan mengeluarkannya dari neraka orang yang mengatakan (لا إله إلا الله)[7]
Diriwayatkan oleh Al-Thabrani di dalam Al-mu’jamul Ausath dari Abi Hurairah radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam bersada: Barangsiapa yang mengucapkan لا إله إلا الله maka ucapannya itu akan memberikannya manfaat pada suatu masa dan sebelum itu dia akan mendapatkan apa yang sebelumnya diperbuat oleh dirinya”.[8]

Ketiga: Barangsiapa yang mengucapkannya sebelum kematiannya dan dia meninggal  atasnya maka dia masuk surga. Diriwayatkan oleh Abu Dawud di dalam kitab sunannya dari Muadz bin Jabal radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam bersabda: Barangsiapa yang akhir kalamnya لا إله إلا الله maka dia pasti masuk surga”.[9]
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.

[1] Muslim no: 26
[2] Muslim no: 26
[3] Al-Bukhari: no:
[4] Al-Bukhari no: 128 dan Muslim: no: 32
[5] Muslim: no: 23
[6] Shahih Muslim: no: 28 dan Bukhari no: 3435
[7] Al-Bukhri no: 7510 dan Muslim: 192
[8] Al-Thabrani 6/274 no: 6369 dishahihkan oleh Al-Albani di dalam kitab shahihul jami’s shagir 2/1098 no: 2434
[9] Sunan Abu Dawud no: 3116

Kisah Nabi Ayyub Alaihis Salam


Segala puji hanya bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya.
Amma Ba’du:
AllahSWT telah menceritakan kepada kita beberapa kisah nabi dan  rasul di dalam kitab-Nya yang mulia agar dijadikan sebagai pelajaran, ibroh bagi kita, meneguhkan hati Nabi Muhammad SAW, memperkuat keimanan orang-orang yang beriman dan sebagai petunjuk serta rahmat bagi kaum yang beriman. AllahSWT berfirman:

لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّأُوْلِي الأَلْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَى وَلَـكِن تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS. Yusuf: 111).
Allah SWT berfirman:
وَكُـلاًّ نَّقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنبَاء الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءكَ فِي هَـذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ
Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. (QS. Hud: 120)
Di antara rasul yang diceritakan di dalam Al-Qur’an adalah Nabi Ayyub alaihis salam.
Allah SWT berfirman:
وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِن ضُرٍّ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُم مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنْ عِندِنَا وَذِكْرَى لِلْعَابِدِينَ
dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang". Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.(QS. Al-Anbiya’: 83-84)
Allah SWT berfirman:
وَاذْكُرْ عَبْدَنَا أَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الشَّيْطَانُ بِنُصْبٍ وَعَذَابٍ ارْكُضْ بِرِجْلِكَ هَذَا مُغْتَسَلٌ بَارِدٌ وَشَرَابٌ وَوَهَبْنَا لَهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُم مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنَّا وَذِكْرَى لِأُوْلِي الْأَلْبَابِ  وَخُذْ بِيَدِكَ ضِغْثًا فَاضْرِب بِّهِ وَلَا تَحْنَثْ إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ
Dan ingatlah akan hamba Kami Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya; "Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan".  (Allah berfirman): "Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum. Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran. Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya). (QS. Shad: 41-44)
Ulama tafsir dan sejarah mengatakan, “Pada mulanya Ayyub alaihis salam adalah seorang lelaki yang memiliki banyak harta, berupa tanah yang luas, hewan ternak dan kambing, yaitu pada sebuah belahan bumi yang bernama Tsaniyah, di Huran, yang terletak di negeri Syam. Ibnu Asakir berkata, “Semua lahan yang luas itu adalah miliknya lalu Allah SWT menguji dirinya dengan kehilangan semua harta tersebut, dia diuji dengan berbagai macam ujian yang menimpa tubuhnya, sehingga tidak ada sejengkalpun dari bagian tubuhnya kecuali ditimpa penyakit kecuali hati dan lisannya. Dia selalu berzikir dengan kedua indra tersebut, bertasbih kepada Allah SWT siang dan malam, pagi dan sore. Akhirnya dengan penyakit tersebut seluruh temannya merasa jijik terhadapnya, sahabat karibnya menjadi tidak tenang dengannya. Setiap orang merasa jijik dengannya baik kerabat atau teman jauh. Akhirnya dia diasingkan pada sebuah tempat pembuangan sampah di luar kota tempat tinggalnya, dan tidak ada yang menemaninya kecuali seorang istrinya, yang selalu menjaga hak-haknya dan membalas budi baik yang pernah dilakukan terhadap dirinya serta dorongan rasa belas kasihan padanya, dia bekerja untuk mendapat upah dari orang lain, lalu dia membelikannya makanan dengan upah itu, dibarengi dengan rasa sabar melepas semua harta dan anak, bersabar dengan penyakit suami setelah hidup dalam kenikmatan dan kehormatan yang pernah disandangnya. Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Roji’un. Sebelumnya dijelaskan bahwa sang istri bekerja kepada orang lain untuk mengejar upah yang digunakan utnuk membeli makanan bagi Ayyub alaihis salam, lalu masyarakat tidak lagi membutuhkannya karena mereka mengetahui bahwa wanita itu adalah istri Ayyub, mereka takut jika terkena dengan penyakit yang menimpa Ayyub atau tertular dengan penyakit melalui interaksi secara langsung dengan sang istri, akhirnya dia tidak menemukan seorangpun yang bisa memberinya pekerjaan yang mendatangkan upah. Lalu dia pergi menuju orang-orang yang kaya dan menggadaikan kepang rambutnya dengan dengan makanan yang banyak lalu makanan itu dibawanya kepada Ayyub dan Ayyub berkata, “Dari manakah engkau mendapatkan makanan ini?. Dan dia marah kepadanya. Sang istri menjawab, “Aku telah bekerja pada banyak orang dan mendapatkan upah karenanya. Lalu pada keesokan harinya dia tidak menemukan seorangpun yang menyuruhnya bekerja dan akhirnya dia kembali menjual belahan kepangan rambut yang kedua lalu membeli makanan dengannya namun Ayyub tetap mengingkarinya, bahkan dia bersumpah bahwa dirinya tidak mau memakan makanan ini sehingga sang istri memberitahukan dari manakah dia memperoleh makanan ini. Akhirnya sang wanita membuka kerudung yang menutupi kepalanya, lalu pada saat dia melihat rambut istrinya telah tercukur rata dia berdo’a:
أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
"(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang". (QS. Al-Anbiya’: 82).
Lalu Allah mendatangkan pertolongan -Nya kepadanya:
ارْكُضْ بِرِجْلِكَ هَذَا مُغْتَسَلٌ بَارِدٌ وَشَرَابٌ
(Allah berfirman): "Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum. (QS. Shad: 42)
Artinya Allah SWT memerintahkan: Pukullah bumi ini dengan kakimu. Maka diapun melaksanakan perintah Tuhan -Nya, lalu Allah SWT memancarkan mata air yang dingin, dan Dia memerintahkan kepadanya agar dia mandi dan minum dari air tersebut, kemudian Allah SWT  menghilangkan semua penyakit dan penderitaan yang menimpa tubuhnya baik yang lahir atau batin, dan Allah SWT menggantikannya dengan kesehatan yang sempurna baik lahir dan batin serta harta yang banyak sehingga limpahan harta menghujani dirinya, belalang-belalang dari emas. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah RA berkata: Pada saat Ayyub mandi dalam keadaan telanjang tiba-tiba belalang dari emas terjatuh kepadanya lalu Ayub menangkapnya dengan pakaiannya lalu Tuhannya berseru kepadanya: Wahai Ayyub!, Tidakkah Aku telah mencukupkanmu dari apa yang kau pandang sekarang ini?. Ayyub menjawab: Benar wahai Tuhanku akan tetapi aku tidak pernah merasa cukup dengan keberkahan yang engkau berikan kepadaku”.[1]
Dan Allah SWT mengembalikan keluarganya yang telah tiada, sebagaimana dijelaskan di dalam firman Allah SWT:
فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِن ضُرٍّ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُم مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنْ عِندِنَا وَذِكْرَى لِلْعَابِدِينَ
dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah. (QS. Al-Anbiya’: 84)
Dikatakan tentang penafsiran ayat tersebut bahwa Allah SWT menghidupkan mereka. Dalam perkataan yang lain disebutkan: Allah  SWT memberikan ganti rugi baginya saat hidup di dunia dan pendapat yang lain berkata maksud firman di atas adalah lain. Hal itu sebagai kasih sayang Allah SWT kepadanya, dan belas kasihan serta peringatan bagi orang-orang yang beribadah.[2]

Di antara "PELAJARAN YG BISA DIPETIK" dari cerita Nabi Ayyub alaihis salam ini adalah:

Pertama: 
Beratnya ujian Allah SWT bagi Nabi Ayyub ‘alaihi salam. Semua ujian itu tidak menambahkannya kecuali kesabaran, harapan pahala dari Allah SWT, pujian dan rasa syukur kepada -Nya, sehingga Ayyub adalah sebagai contoh dalam kesabaran, dia sebagai contoh dalam menghadapi berbagai penyakit. Al-Suddy berkata, “Semua kulit luar sudah berjatuhan sehingga tidak ada yang tersisa kecuali tulang dan urat. Diriwayatkan oleh Abu Ya’la di dalam kitab musnadnya dari Anas bin Malik bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya Nabi Allah, Ayyub bertahan dengan penuh kesabaran menghadapi berbagai penyakit dalam waktu delapan belas tahun, dia ditolak oleh kerabat dekat dan jauh kecuali dua lelaki dari saudaranya, keduanya selalu datang kepadanya baik pada waktu pagi atau sore. Suatu hari, salah seorang dari mereka berkata kepada yang lain: Apakah engkau mengetahui bahwa Ayyub telah berbuat dosa dengan dosa yang tidak pernah dikerjakan oleh seorangpun di dunia ini?. Maka teman yang satu bertanya: Dosa apakah yang pernah dilakukan oleh Ayyub?. Sahabat itu berkata: Sejak delapan belas tahun dia tidak pernah dikasihsayangi oleh Allah sehingga Allah menyembuhkan penyakit yang dideritanya. Lalu pada saat mereka berdua pergi menemui Nabi Ayyub salah seorang shahabatnya tidak berasabar menahan dirinya dan akhirnya menceritakan apa yang pernah didengarnya. Maka Ayyub berkata: Aku tidak memahami apa yang kalian katakan, hanya saja Allah mengetahui bahwa aku pernah melewati dua orang lelaki yang sedang bertikai, lalu mereka berdua mengingatkan nama Allah, lalu akupun kembali kerumahku dan aku membantu keduanya untuk menghapuskan kesalahan mereka, karena aku tidak suka mereka menyebut nama Allah kecuali untuk suatu kebenaran…”.[3]
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya dari Mush’ab bin Sa’d dari ayahnya dia berkata: Aku bertanya: Wahai Rasulullah siapakah orang yang paling besar cobaannya?. Beliau menjawab: “Para nabi, kemudian orang-orang yang shaleh, kemudian orang yang terbaik dari manusia. Seseorang akan diuji berdasarkan tingkat keagamaannya, jika dia memiliki agama yang tipis maka ujiannyapun diperingan, dan jika dia memiliki agama yang kuat maka ujiannyapun akan ditambah sehingga dirinya akan berjalan di muka bumi ini tanpa memiliki kesalahan”.[4]

Kedua: 
Dikatakan: Wahai orang yang sedang diuji, wahai orang yang sedang diuji pada harta, anak-anak dan diri kalian, bersabarlah dan kejarlah pahala dari Allah SWT, sesungguhnya Dia pasti akan mengganti. Allah SWT berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ  الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ أُولَـئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.  (QS. Al-Baqarah; 155-157)
Ibnu Katsir berkata, “Ini adalah peringatan bagi mereka yang diuji pada jasadnya, hartanya dan anak-anaknya, dia memiliki tauladan pada Nabi Ayyub alaihis salam, di mana Allah SWT telah mengujinya dengan penderitaan yang lebih besar namun dia tetap bersabar dan mengharap pahala dari Allah SWT sehingga Dia memberikan kelapangan baginya”.[5]
Ketiga; 
Bahwa orang yang ditimpa suatu musibah lalu dia mengharap pahala dari Allah SWT dan istrija’ (mengucapkan: Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun) maka Allah SWT akan menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik dari apa yang telah terlewatkan, sama seperti apa yang telah dialami oleh Ayyub alaihis salam. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Ummu Salamah bahwa Nabi Muhammad SAW berkata kepadaku, “Tidaklah seorang muslim ditimpa oleh suatu musibah lalu dia mengucapkan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah, yaitu membaca: (Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun Allahumma Ajirni fi mushibati wakhluf li kahairan minha). Sesungguhnya kita adalah milik Allah SWT dan kepada Allah-lah kita akan kembali, ya Allah berikanlah bagiku balasan kebaikan atas musibah yang menimpaku dan berikanlah balasan yang baik bagiku”. Barangsiapa yang membaca do’a di atas maka Allah SWT akan menggantikan baginya dengan sesuatu yang lebih baik darinya. Ummu Salamah berkata, “Pada saat Abu Salamah meninggal dunia aku berkata: Siapakah orang yang lebih baik dari Abu Salamah, shahabat Rasulullah SAW, kemudian Allah SWT memberikan kekuatan bagiku untuk mengucapkannya maka akupun membacanya. Ummu Salamah berkata: Maka akupun menikahi Rasulullah SAW.[6]

Keempat: 
Di dalam kisah ini terdapat risalah bagi para istri yang beriman bahwa mereka harus bersabar menghadapi suami-suami mereka yang menderita sakit atau kemiskinan atau cobaan lainnya, lihatlah istri Ayyub alaihis salam sebagai contoh, dia sungguh sabar dan mengharap pahala dari Allah SWT sehingga Allah SWT menghilangkan segala cobaan yang menimpa suaminya. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam musnadnya dari Anas bin Malik bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tidak diperbolehkan seseorang manusia untuk bersujud kepada manusia yang lain, dan seandainya diperbolehkan seseorang bersujud kepada manusia yang lain maka sungguh aku akan memerintahkan wanita untuk bersujud kepada suaminya karena keagungan hak suami atas dirinya, demi yang jiwaku berada di tangan -Nya seandainya dari ujung kaki sang suami terdapat luka yang memancarkan nanah dan darah kemudian dia meminumnya sungguh hal itu belum memenuhi hak sangsuami”.[7]
 
Kelima: 
Sesungguhnya Allah SWT manjadikan bagi hamba -Nya yang bertaqwa jalan keluar dan kelapangan. Sesungguhnya Nabi Ayyub bersumpah untuk memukul istrinya dengan seratus cambukan, Ibnu Katsir berkata, “Pada saat Allah SWT telah menyembuhkan dirinya, maka dia diperbolehkan untuk mengambil sekumpulan kayu, yaitu kumpulan tangkai kurma lalu dia memukulnya dengan satu pukulan, dan hal itu sebagai ganti dari seratus pukulan serta dengannya dia telah memenuhi sumpah dan tidak melanggarnya. Maka ini adalah salah satu bentuk kelapangan dan jalan keluar yang diberikan oleh Allah SWT bagi orang yang bertaqwa kepada -Nya dan mentaati -Nya. Apalagi terhadap istrinya yang begitu sabar dan mengharap pahala dari Allah SWT, jujur dan berbuat baik serta dewasa. Oleh karena itulah Allah SWT mengakhiri penderitaan ini dan menyebutkan sebabnya dengan firmanNya:
إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ
Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya). (QS. Shad: 44).
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad saw dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.



Oleh: Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi

[1] Al-Bukhari: no: 279 [2] Al-Bidayah wan Nihayah: 1/507-509
[3] Musnad Abu Ya’la: 6/299 no: 3617
[4] Musnad Imam Ahmad: 1/172
[5] Al-Bidayah Wan Nihayah: 1/513
[6] Shahih Muslim: no: 918
[7] Musnad Imam Ahmad: 20/65 no: 12614

Related Posts with Thumbnails

Hukum Meminta Pertolongan Jin Untuk Mengetahui Perkara Gaib Dan Untuk Hipnotis


Posted by nunika • 15/09/2010 • 

Pertanyaan: Apakah hukumnya orang yang meminta bantuan jin dalam mengetahui perkara gaib seperti peramalan? Apakah hukum Islam terhadap 'hipnotis' di mana dengannya kemampuan pelakunya bisa bertambah kuat untuk menerawangkan fikiran korban, berikut mengendalikan dirinya dan membuatnya bisa meninggalkan sesuatu yang diharamkan, sembuh dari penyakit tegang otot atau melakukan perbuatan yang dimintanya tersebut?
Jawaban:
PERTAMA, Ilmu tentang hal-hal yang gaib merupakan hak mutlak Allah S.W.T., tidak ada seorang pun dari makhluk-Nya yang mengetahui, baik itu jin atau pun selain mereka kecuali wahyu yang disampaikan oleh Allah S.W.T.  kepada orang yang dikehendaki-Nya seperti kepada para malaikat atau para rasul-Nya. Dalam hal ini, Allah S.W.T. berfirman:
Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah",... (QS. An-Naml:65)
Dia juga berfirman berkenaan dengan Nabi Sulaiman A.S. dan kemampuannya menguasai jin:
Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan. (QS. As-Saba`:14)
Demikian pula firman-Nya:
(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. * Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. (QS. al-Jinn-:26-27)
Dan sebuah hadits yang shahih dari an-Nuwas bin Sam'an ia berkata, Rasulullah S.A.W. bersabda: 'Bila Allah S.W.T. ingin mewahyukan suatu hal, Dia berbicara melalui wahyu, lalu langit menjadi gemetar –dalam riwayat lain: gemetar yang amat sangat seperti disambar petir- hal itu sebagai refleksi rasa takut mereka kepada Allah S.W.T.. Bila hal itu didengar oleh para penghuni langit, mereka pun pingsan dan bersimpuh sujuh kepada Allah S.W.T. Maka yang pertama kali mengangkat kepalanya adalah Jibril, maka Allah S.W.T. berbicara kepadanya dari wahyu yang diinginkan-Nya, kemudian Jibril berkata, 'Allah S.W.T. telah berfirman dengan al-Haqq dan Dia-lah Yang Maha Tinggi lagi Maha besar'. Mereka semua mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan oleh Jibril. Lantas selesailah wahyu melalui Jibril hingga kepada apa yang diperintahkan oleh Allah S.W.T. terhadapnya."[1]
Di dalam hadits shahih yang lain, dari Abu Hurairah rahimahullaah, dari Nabi S.A.W., beliau bersabda: 'Bila Allah S.W.T. telah memutuskan perkara di langit, para malaikat merentangkan sayap-sayapnya sebagai (repleksi) ketundukan terhadap firman-Nya, ibarat rantai di atas batu besar yang licin yang menembus mereka. Maka bila rasa takut itu sudah hilang dari hati mereka, mereka berkata, 'Apa yang telah difirmankan oleh Rabb kalian? Malaikat yang lain berkata kepada malaikat (Jibril) yang mengatakan, 'Allah S.W.T. telah berfirman dengan Haq dan Dia-lah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.' Lalu hal itu didengar oleh para pencuri dengar (penguping) dan para pencuri dengar lainnya, demikian satu di atas yang lainnya. (Sufyan bin 'Uyainah, salah seorang periwayat hadits ini sembari menjelaskan spesifikasinya dengan tangannya; merenggangkan jemari tangan kanannya, menegakkan sebagian ke atas sebagian yang lain). Maka ia mendengarkan kata-kata, lalu ia menyampaikannya kepada yang di bawahnya, kemudian yang lain menyampaikan kepada yang di bawahnya hingga ia menyampaikannya kepada penyihir atau dukun. Bisa jadi setelah itu, meteor telah mengenainya sebelum menyampaikannya dan bisa jadi ia sudah menyampaikannya sebelum meteor itu menimpanya. Lalu ia berbohong bersamanya seratus kebohongan. Maka dikatakan: 'Bukankah ia telah berkata kepada kita di hari ini dan di hari itu,' lalu ia dipercayai karena kata-kata yang didengarnya dari langit."[2]
Maka berdasarkan hal ini, tidak boleh meminta pertolongan kepada jin dan para makhluk selain mereka untuk mengetahui hal-hal gaib, baik dengan cara memohon atau mendekatkan diri kepada mereka, memasang kayu gaharu atau pun lainnya. Bahkan, itu adalah perbuatan syirik karena  ia merupakan jenis ibadah, padahal Allah S.W.T. telah memberitahukan kepada para hamba-Nya agar mengkhususkan ibadah hanya untuk-Nya semata, yaitu agar mereka mengatakan,
'Hanya kepada-Mu kami menyembah (beribadah) dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan." (Al-Fatihah: 5)
Juga disebutkan dalam hadits yang shahih dari Nabi S.A.W. bahwasanya beliau bersabda kepada Ibnu Abbas:
إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ.
'Bila engkau meminta, maka mintalah kepada Allah Y dan bila engkau memohon pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada Allah Y.'[3]


KEDUA, Hipnotis merupakan salah satu jenis sihir (perdukunan) yang mempergunakan jin sehingga di pelaku dapat menguasai diri korban, lalu berbicaralah dia melalui ucapannya dan mendapatkan kekuatan untuk melakukan sebagian pekerjaan setelah dikuasainya dirinya tersebut. Hal ini bisa terjadi, jika di korban benar-benar serius bersamanya dan patuh. Sebaliknya, hal ini dilakukan si pelaku karena adanya imbalan darinya terhadap hal yang dijadikannya taqarrub tersebut. Jin tersebut membuat si korban berada di bawah kendali di pelaku untuk melakukan pekerjaan atau berita yang dimintanya. Bantuan tersebut diberikan oleh jin bila ia memang serius melakukannya bersama si pelaku.
Atas dasar ini, menggunakan 'hipnotis' dan menjadikannya sebagai cara atau sarana untuk menunjukkan lokasi pencurian, benda yang hilang, mengobati pasien atau melakukan pekerjaan lain melalui si pelaku ini tidak boleh hukumnya. Bahkan, ini termasuk syirik karena alasan di atas dan hal itu termasuk berlindung kepada selain Allah S.W.T.  terhadap hal yang merupakan sebab-sebab biasa di mana Allah S.W.T. menjadikannya dapat dilakukan oleh para makhluk dan membolehkannya bagi mereka.
Wabillahit taufiq. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.
Lajnah Daimah – Majalah Buhuth Islamiyah –edisi 30 hal. 78-81.

[1] Ibnu Abi 'Ashim dalam as-Sunnah 515, Ibnu Khuzaimah dalam at-Tauhid 1/349, ath-Thabrani dalam 'Musnad asy-Syamiyin' 591, dan al-Baihaqi dalam Asma' dan Sifat 1/511 (435).
[2] Al-Bukhari 4800.
[3] Musnad Ahmad, 1/293, 303, 307, at-Tirmidzi 2516 dan ia berkata:'Hasan Shahih'.Ath-Thabrani dalam al-Ausath 5417, dan dalam al-Kabir 11243, 11416, 12988, Abu Ya'la dalam Musnadnya 2556, al-Baihaqi dalam 'Syau'abul Iman' 195, 1074, 10000.

Minggu, 17 Oktober 2010

"MUSLIMAH SEJATI"

by Bangga Memakai JILBAB dan Melihat Wanita berJILBAB
on Sunday, October 17, 2010 at 9:27am

Seorang muslimah sejati bukan dilihat dari kecantikan dan keayuan wajahnya semata-mata. Wajahnya hanyalah satu peranan yang amat kecil, tetapi muslimah sejati dilihat dari kecantikan dan ketulusan hatinya yang tersembunyi.

 Muslimah sejati juga tidak dilihat dari bentuk tubuh badannya yang mempesona, tetapi dilihat dari sejauh mana ia menutupi bentuk tubuhnya yang mempesona itu.

Muslimah sejati bukanlah dilihat dari mana kebaikan yang diberikannya, tetapi darikeikhlasan ketika ia memberikan segala kebaikan itu.

 Muslimah sejati bukanlah dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya, tetapi dilihat dari apa yang sering mulutnya bicarakan.

 Muslimah sejati bukan dilihat dari keahliannya berbahasa, tetapi dilihat daribagaimana caranya ia berbicara dan berhujah kebenaran.

     Berdasarkan ayat 31, surah An Nur, Abdulllah Ibnu Abbas dan lain-lainnya berpendapat, “seorang wanita islam hanya boleh menampakkan wajah, dua tapak tangan dan cincinnya di hadapan lelaki yang bukan mahram.” (Dr. said hawa di dalam kitabnya Al Asas fit Tasir)
    
    “janganlah perempuan-perempuan itu terlalu lunak dalam berbicara sehingga menghairahkan orang yang ada perasaan dalam hatinya, tetapi ucapkanlah perkataan yang baik-baik.” (Qs. Al Ahzab : 32)
    
Muslimah sejati bukan dilihat dari keberaniannya berpakaian modis, tetapi dilihat darisejauh mana ia berani mempertahankan kehormatannya melalui apa yang dipakainya.

Muslimah sejati bukan dilihat dari kekhawatirannya digoda orang di tepi jalanan, tetapi dilihat dari kekhawatirannya dirinyalah yang mengundang orang akan tergoda.

 Muslimah sejati bukanlah dilihat dari seberapa banyak dan besarnya ujian yang ia jalani, tetapi dilihat dari sejauh mana  ia menghadapi ujian itu dengan penuh rasa ridha dan kehambaan kepada Tuhannya, dan ia senantiasa bersyukur dengan segala kurniaanyang diberi.

Muslimah sejati bukan dilihat dari sifat mesranya dalam bergaul, tetapi dilihat dari sejauh mana ia mampu menjaga kehormatan dirinya dalam bergaul.

     “apabila seorang perempuan shalat lima waktu, puasa dibulan Ramadhan, menjaga kehormatannya dan mentaati suaminya, maka masuklah ia ke dalam syurga dari pintu-pintu yang ia kehendaki.” (HR. Al Bazzar)

Sabtu, 16 Oktober 2010

DUNIA......

dunia…….
apakah dunia ini tak bertuan?....
bukankah kita hanyalah tamu yg singgah di satu rumah yg bernamakan dunia
lantas siapa tuan rumah sang dunia??....
kita…..mereka….ataukah….Dia
bagaimana bila rumah dunia ini dihancurkan oleh si Empunya
siapkah kita berada direruntuhan puing2 kebesaran-Nya
mampukah kita menahannya dengan sejuta ego yang bernamakan dunia

masa silih berganti hingga diakhir masa
masa ke enam…..
masa dimana akhir dari segala masa
sejuta keindahan yang bernamakan dunia kan berakhir tentunya
sejuta wajah kan terpatah melihat dasyat kebesaran-Nya
sanggupkah kita merasakan perihnya akhir sebuah masa
masihkah kita bersuara ditengah runtuhnya sang dunia

kemana dunia itu kan pergi
bilakah kita kan berada didunia yang lain
dunia dimana kan dipertanyakan persinggahan kala itu
mampukah kita menjawab dan mempertanggungjawabkan
siapkah kita dihadapkan pada pilihan yang tak dapat kita pilih
wahai dunia……sanggupkah kau menyelamatkan akhir dari sebuah masa



reva_rn

Hadist2 Nabi


1565 Hadis riwayat Usamah bin Zaid ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, Aku berdiri di depan pintu surga. Tiba-tiba saya melihat kebanyakan orang yang memasuki surga ialah orang-orang miskin. Aku juga melihat para penguasa sedang ditahan, kecuali calon para penghuni neraka yang memang langsung disuruh untuk pergi ke neraka. Aku lalu berdiri di depan pintu neraka. Ternyata kebanyakan yang di neraka adalah kaum wanita

1566 Hadis riwayat Imran bin Hushain ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, Sesungguhnya kaum wanita minoritas di surga

1567 Hadis riwayat Usamah bin Zaid ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, Setelahku nanti tidak ada fitnah yang paling membahayakan kaum laki-laki daripada wanita


sumber :   http://www.hadith.al-islam.com 



hadis ini adalah peringatan untuk kita kaum hawa agar bisa terus memperbaiki diri sampai akhir hayat, mulai dari cara berpakaian (menutup aurat), cara bicara, bertingkah laku dan yang utama  menjaga kebersihan hati.....

tidak satupun manusia luput dari khilaf....tapi tidak ada kata terlambat untuk kita bisa berubah menjadi lebih baik.....mulai dari hal kecil dan mulai dari diri sendiri...
islam itu indah dan sangat menyayangi dan menghargai kaum hawa....semoga kita bisa menjadi kaum minoritas di dunia yg kekal nanti....amiiin ya robbalallamin...

Jumat, 15 Oktober 2010

Hadist

 Iman, islam, ihsan dan kewajiban beriman Kepada Takdir

Hadis riwayat Abu Hurairah ra. ia berkata, Pada suatu hari, Rasulullah saw. muncul di antara kaum muslimin. Kemudian datang seorang laki-laki dan bertanya, Wahai Rasulullah, apakah Iman itu ؟ Rasulullah saw. menjawab, Iman yaitu engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, rasul-rasul-Nya dan kepada hari kebangkitan akhir. Orang itu bertanya lagi, Wahai Rasulullah, apakah Islam itu ؟ Rasulullah saw. menjawab, Islam yaitu engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun, mendirikan salat fardu, menunaikan zakat yang wajib dan berpuasa di bulan Ramadan. Orang itu kembali bertanya, Wahai Rasulullah, apakah Ihsan itu ؟ Rasulullah saw. menjawab, Ihsan yaitu engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya dan kalaupun engkau tidak melihat-Nya tapi ketahuilah bahwa sesungguhnya Dia selalu melihatmu. Orang itu bertanya lagi, Wahai Rasulullah, kapankah hari Kiamat itu ؟ Rasulullah saw. menjawab, Orang yang ditanya tentang masalah ini tidak lebih tahu dari penanya, tetapi saya akan menceritakan beberapa tanda-tandanya; - Apabila seorang budak perempuan melahirkan anak tuannya, itu satu di antara tandanya. - Apabila seorang yang semula miskin papa menjadi pemimpin suatu bangsa, itu di antara tandanya. - Apabila penggembala ternak saling berlomba memperindah gedung-gedung bertingkat, itu juga termasuk di antara tandanya, ada lima hal lagi yang hanya diketahui oleh Allah. Kemudian Rasulullah saw. membaca firman Allah, 
إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوْتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
   
(Sesungguhnya hanya di sisi Allah sajalah pengetahuan tentang hari kiamat, Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim, tiada seorangpun dapat mengetahui "dengan pasti" apa yang akan diperolehnya besok hari, tiada seorangpun dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Pandai). Kemudian orang itu pergi, lalu Rasulullah saw. bersabda, Panggillah orang itu kembali! Para sahabat beranjak untuk memanggilnya, tetapi mereka tidak melihatnya lagi. Rasulullah saw. bersabda, Itu tadi adalah Jibril yang sengaja datang untuk mengajarkan masalah agama kepada orang-orang 

Rabu, 13 Oktober 2010

" SUBHANALLAH "

"Laa ilahaillallah..."  Tiada Tuhan selain Allah.....

"Laa Haula wala Quwwata illa billahil 'aliyyil Adhim...." Tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung..


tak kan lelah tersebut asmaMu ya Alaah.....

Ya 'Aliim....
hanya Engkaulah yg Maha Mengetahui dari setiap perbuatan2 hambaMu.....
hanya Engkaulah satu2nya si pemilik hati setiap hambaMu....Ya Maliku

Ya Mubdi'u...Ya Muakhkhir.....hanya Engkau yang Maha Memulai dan Maha Mengakhiri....

Ya Rahman...Ya Rahiim....Ya Quddus....hanya Engkaulah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang dan Maha Suci ya Allah....
kasihi dan sayangilah hamba2Mu ya Rabbi...bersihkanlah hati ini dari penyakit2 hati mahluk ciptaanMu....hanya di pelukMu kan rasakan ketenangan dan kedamaian hati.....

hanya pada Mu hamba berserah.....
 
" Subhanallah Walhamdulillah Wala Ilaha Illallahu Wallahu Akbar..Laa Haula Wala Quwwata illa billahil 'aliyyil Adhim...."

Laa illahailallahu Allahu Akbar...

Rabu, 06 Oktober 2010

Dibawah langit-Mu

by. opick


Cahaya Ilahi......hangatnya dihati
Diangkat sejuta wajah
Terpatah penuh salah
Jalani sang hidup.....terluka, terhempas berdosa

**) Dibawah langit-Mu.....bersujud semua
Memuji, memuja asma-Mu
Dan bertasbih semua mahluk-Mu
Berharap cinta dan kasih-Mu

Brigde : Subhanallah.....Subhanallah.....Subhanallah....berkali2

Hitam putih jalan hidup
Pahit getir warna dunia
Tangis tawa rasa hati terluka atau bahagia
Bersama ga sementara
Setiap duka tak abadi
Semua wajah kan diuji
Pada Allah kita kan kembali

Back to. **)

Jumat, 01 Oktober 2010

SIFAT-SIFAT ORANG YANG MENDAPAT AMALAN BATIN



   

 Ingredients:
Telah kita katakan bahwa kita mesti beribadah kepada Allah lahir dan batin. Ibadah lahir disebut syariat. Ibadah batin disebut hakikat. Orang yang sudah melaksanakan syariat akan terlihat oleh kita tandanya yaitu mengucap dua kalimah syahadah, shalat, puasa, zakat, haji, membaca Al Quran, selawat, zikrullah, menutup aurat, menuntut ilmu, bersilaturrahim dan cara hidup lainnya yang diperintahkan oleh Allah SWT dengan meninggalkan (tidak melakukan) segala sesuatu yang dilarang oleh Allah.
Begitu juga orang yang melakukan ibadah batin, terlihat juga tanda-tandanya. Tanda-tanda itu tidak dapat dilihat oleh mata lahir kita, sebab tersembunyi di dalam hati.
Hal itu hanya dapat dilihat oleh orang itu sendiri dengan merasakan gerak dan arah perjalanan hati kita. Hati yang sudah melakukan ibadah berbeda dengan hati yang masih durhaka.

Untuk mengetahui perbedaan itu supaya kita dapat mengenal hati kita, apakah sudah taat atau masih durhaka, saya akan tunjukkan tanda-tanda atau sifat-sifat hati yang tinggi kedudukannya, yang dimiliki oleh orang-orang yang melakukan ibadah batin.

1. SYARIATNYA KUAT

Orang yang kuat beribadah batin pasti akan kuat pula ibadah lahirnya (syariat). Tetapi perlu diingat bahwa orang yang kuat syariat lahir saja belum tentu kuat ibadah batinnya.

Hal itu disebabkan pada diri kita, hati (jasad batin) adalah pemimpin sedangkan anggota-anggota lain (jasad lahir) sebagai pekerja. Kita makan karena hati kita menyuruh kita makan. Kaki dan tangan pun bekerja untuk mencari makanan. Kita hendak ke masjid adalah karena amalan hati kita. Kaki kita hanya menurut saja. Tetapi kalau hati tidak mau pergi walau masjid di sebelah rumah pun, kaki tidak akan melangkah pergi.

Begitu besarnya kuasa dan peranan hati dalam menentukan corak hidup kita. Sebab itu kalau hati sudah baik, taat menghambakan diri pada Allah, hati akan mengarahkan semua anggota lahir untuk tunduk menyembah kepada Allah SWT. Semua perintah Allah akan ditaati tanpa tanya jawab lagi. Semua larangan Allah akan ditinggalkan tanpa ragu-ragu.
Firman Allah : Terjemahannya :
Dan mereka berkata, "Kami dengar dan kami taat." (Dan mereka berdoa), "Tuhan, kami mohon keampunanMu, dan kepadaMulah tempat kembali" (Al Baqarah : 285)

Shalat fardhunya baik, shalat sunat hajat dan lain-lain tidak ditinggalkan. Puasa sunat dianggap penting dan selalu dilakukan dengan senang hati. Membaca Al Quran, selawat, wirid, zikir, tahlil, tasbih dan tahmid dan lain-lain telah menjadi nyanyian rutin yang mengasyikkan. Berjuang untuk menyebarkan agama Allah terasa satu kewajiban yang mesti dilakukan sehingga tidak pernah jemu dan letih karena perjuangan.

Kuat berkorban harta, fikiran, waktu dan tenaga untuk membantu Islam dan umat Islam. Tidak bermewahan dengan rezeki pemberian Allah sekalipun halal dan hanya diambil sesuai keperluan saja. Kelebihannya diserahkan untuk jihad. Sebab itu rumahnya sederhana, pakaian, dan makan minum juga sederhana. Karena hatinya menyuruh tutup aurat maka ia akan melakukannya tanpa peduli apa yang dikatakan orang. Hatinya menyuruh berderma dan bersedekah maka ia akan melakukannya tanpa takut miskin dan bimbang pada hari depan. Hatinya menyuruh ia berjemaah sesama kaum muslimin maka ia pun ikut berjemaah tanpa ragu meninggalkan alam dan kawan di luar jemaah.

Karena hatinya menyuruh menghentikan pergaulan bebas maka ia akan berhenti tanpa takut kehilangan jodoh. Dan apa saja yang disuruh oleh hatinya, ia akan taat.
Hati yang taat dan takut pada Allah akan menyuruh kita mengikuti semua suruhan Allah. Tidak pernah terlintas dalam hati orang-orang soleh satu keinginan untuk durhaka pada Allah. Hatinya tidak pernah berencana untuk melakukan larangan Allah.

Sebab itu orang yang kuat ibadah batinnya, cukup kuat meninggalkan hal-hal yang haram, makruh dan syubhat. Tidak melakukan zina, tidak menipu, tidak minum arak, tidak berjudi, tidak mengambil pinjaman riba (bank) untuk membeli rumah atau mobil, tidak terlibat dengan suap, tidak berkhianat, tidak merokok, tidak mengumpat, tidak memfitnah, tidak bergaul bebas lelaki dan perempuan, tidak mubazir dan bermewah-mewah, tidak berfoya-foya, tidak terlibat dengan musik-musik haram, tidak bercintaan antara lelaki perempuan secara haram dan lain-lain.

Hati yang kuat dengan Allah akan melarang keras untuk terlibat dengan pekerjaan yang dikutuk oleh Allah. Hati yang sempurna ibadahnya akan menolak semua perkara yang dibenci Allah.
Tegasnya hanya hati kita yang bisa membetulkan diri kita dan hati juga yang bisa menjahanamkan kita. Kalau hati baik, tindakan kita akan baik. Dan kalau hati jahat, tindakan kita akan jahat juga.
Konsep 'hati baik' itu pun jangan disalah artikan. Jangan kita katakan, ''Tidak shalat pun tidak apa-apa, asalkan hati kita baik. Tidak menutup aurat pun tak apa, asal hati kita baik.''

Kalau kita katakan begitu, maka kita telah membuat dua kejahatan. Pertama kita telah berani membantah suruhan Allah karena shalat dan tutup aurat itu suruhan Allah. Kedua, kita menganggap hati kita baik, padahal hati kita masih durhaka pada Allah.

Hati yang tidak mau shalat atau tutup aurat itu adalah hati yang durhaka pada Allah. Hati yang baik adalah hati yang taat dan takut pada Allah. Bila hati taat maka kita akan mentaati seluruh perintah Allah. Bila hati kita baik kita akan kuat bersyariat.

2. MENDAPAT KEJERNIHAN ATAU KERINGANAN BATIN

Apabila seseorang hamba itu sudah mendapat kerohanian yang tinggi, hatinya (batinnya) akan menjadi suci dan ringan. Allah SWT berfirman :
Terjemahannya :
Yaitu mereka yang memenuhi janji Allah dan tidak pula merusakkan perjanjian.(Ar Raad : 20)

Terjemahannya : Dan mereka menghubungi apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan (silaturrahim) dan mereka takut pada Tuhan mereka dan takut pada hisab yang buruk. (Ar Raad : 21)

Terjemahannya : Dan mereka juga bersabar dalam mencari keredhaan Tuhannya, mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan pada mereka secara sembunyi atau secara terang-terangan. Dan mereka menutupi kejahatan dengan kebaikan. Mereka itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik).(Ar Raad : 22)

Terjemahannya : (Yaitu) syurga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang soleh di kalangan bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedangkan malaikat-malaikat masuk menemui mereka di semua pintu masuk. (Ar Raad: 23)

Terjemahannya : (Sambil mengucapkan) "Salam sejahtera karena kesabaran kamu", maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. (Ar Raad : 24)

Apabila ruh sudah suci dan ringan maka hati terasa ringan untuk mentaati Allah. Nafsu kita akan berubah dari nafsu yang rendah kepada nafsu mutmainnah. Di waktu itu kita akan senantiasa merasa kita adalah hamba Allah, ingin hidup sebagai hamba dan rela menerima apa saja qada dan qadar Allah tanpa mempertanyakan lagi atau resah gelisah.

Untuk lebih jelas akan saya paparkan sifat-sifat hati yang saya maksudkan:


  1. Rasa malu kepada Allah karena senantiasa merasa diawasi oleh Allah SWT.
  2. Rasa takut dan hebat pada Allah karena terasa diri selalu berada dalam kuasa Allah, sehingga Allah bisa berbuat apa saja seperti sakit, miskin, mati dan lain-lain.
  3. Selalu merasa berdosa pada Allah, bukan hanya di depan manusia karena ada kesalahan tersembunyi yang tidak dapat diketahui seperti dosa-dosa hati. Sebab itu dia selalu menangis seorang diri, bukan di depan orang, karena takut dosanya tidak terampuni.
  4. Tidak menunda-nunda urusan dengan Allah karena hati selalu merasa kedatangan maut itu bisa terjadi kapan saja.
  5. Setiap kali membuat kesalahan yang kecil hatinya merasa takut dan terhina di depan Allah, sehingga cepat-cepat meminta ampun kepada Allah SWT.
  6. Setiap kali selesai beramal, hati merasa itu adalah karunia Allah, bukan kemampuan dirinya. Dia tidak merasa bangga karena merasa amalannya tidak sempurna. Karena itu ia mengharapkan belas kasihan dari Allah agar menerima amalannya.
  7. Kalau Allah menentukan satu peristiwa terjadi pada dirinya, hatinya akan redha dengan apa yang terjadi tanpa kesal dan keluh-kesah. Dia sadar dirinya yang rendah layak menerima apa pun takdir Allah.
  8. Setiap kali melihat pemandangan alam yang indah, hati segera merasakan kebesaran Allah.
  9. Kalau dia mendapat kejayaan atau nikmat, hatinya segera merasakan bahwa itu adalah pemberian dari Allah bukan kemampuan sendiri. Karena itu dia merasa takut pada Allah, karena menyalahgunakan atau kurang mensyukuri nikmat yang diperoleh.
  10. Kalau dia menderita kemiskinan atau tidak memperoleh nikmat, hatinya terasa tentram karena dia merasa bebas dari tanggungjawab untuk menjaga amanah Allah.
  11. Kalau mendapat musibah seperti sakit, hati bisa merasa tenang karena merasakan bahwa bencana (musibah) adalah kifaraf (balasan) dosanya. Dia merasa lebih baik dihukum di dunia daripada dihukum di akhirat. Penderitaan di dunia adalah pengampunan dosa di akhirat.
  12. Bila mendapat pujian, hati merasa tidak senang sebab pujian itu tidak layak baginya dan bisa merusak rasa kehambaannya.
  13. Kalau dikeji atau dihina orang, hatinya merasa kasihan pada orang yang menghinanya dan segera memaafkan orang itu tanpa diminta. Dia merasa bahwa dosanya telah menyebabkan dia dihukum seperti itu. Kalau tidak begitu dia tidak akan mendapat pahala dari penghinaan itu. Sebab itu dia tidak berniat sama sekali untuk membalas perbuatan orang itu.
  14. Dia selalu berlapang dada berhadapan dengan aneka ragam manusia dan kesusahan yang manusia timpakan ke atasnya.
  15. Dia tidak bangga dengan nikmat, tidak gelisah dengan musibah, tidak merasa tenang dengan pujian dan tidak menderita dengan cacian. Hatinya selalu merasa sebagai hamba yang serba kekurangan dan sangat memerlukan Allah SWT dalam setiap keadaan.
  16. Kalau dia melihat atau mengetahui orang membuat maksiat, dia bersyukur pada Allah karena dirinya selamat dari maksiat. Sebab itu dia tidak menghina orang itu bahkan dia merasa kasihan, ingin menolong dengan memberi nasihat. Bahkan dia tidak menaruh sangka jahat pada orang itu. Dia menganggap kesalahan itu adalah karena tidak tahu, lupa ataupun tidak sengaja.
  17. Ketika berhadapan dengan orang yang memarahinya, dia tidak ikut marah dan tidak melawan berdebat sekalipun dia benar.
  18. Bila berhadapan dengan kepandaian orang lain, dia akan menerima ilmu atau kebenaran sekalipun dari seorang kanak-kanak. Kalau bermuzakarah dia tidak memperlihatkan bahwa dirinya pandai sehingga tidak merasa bangga diri Kalau ada yang memuji orang lain di hadapannya dia tidak sakit hati sebab dia faham bahwa kuasa hak Allah yang melebihkan dan mengurangkan nikmat pada hamba-hamba-Nya.
  19. Kalau ada orang lain menyelesaikan kerjanya, dia tidak menggerutu sebab dia merasa dia dibantu.
  20. Kalau dia digemari oleh banyak orang, dia tidak merasa bangga sebaliknya dia bimbang kalau hal itu membuat dirinya riya'.
  21. Dia tidak makan seorang diri. Kalau memberi bantuan pada seseorang, tidak di hadapan orang lain.
  22. Beramal dan betul-betul beribadah karena Allah bukan lagi karena Syurga atau Neraka.


Directions:
Irdy